"Mbak, tolong kabari desa-desa mana saja yang harus kami kunjungi untuk baksos ya. Dan berapa total dana yang diperlukan. Kami tunggu infonya ya mba, biar temen-temen bisa persiapan dana."
Suara dari ujung telepon terdengar tegas tapi ramah. Suara khas seorang leader.
Percakapan dengan Bu Ati Wiyatisih itu masih teringat dengan jelas. Beliau adalah ketua KDDP (Komunitas Dakwah Daerah Pinggiran). Beliau yang mengomando baksos di berbagai daerah. Yaitu bakos pengobatan gratis (poli umum & poli gigi) dan pembagian sembako.
Masih teringat dengan jelas pertemuan terakhir dengan beliau di tanggal 24 Desember 2022 lalu. Saat itu beliau ikut terjun ke lereng Merbabu. Menyapa beberapa desa sekaligus. Marathon baksos di penghujung Desember. Sebuah upaya agar warga di Desa yang kami kunjungi tidak tertarik menghadiri undangan perayaan dari yang lain.
Rasanya pedih mendengar kabar kepergiannya tadi malam. Tak percaya Sang Pejuang itu telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan kami yang selalu merindukannya.
Memang beliau sudah menderita sakit komplikasi cukup lama. Beliau sering opname. Rumah Sakit adalah rumah kedua baginya. Tapi meskipun sakit berat, beliau selalu semangat.
Beliau sering kontak saya. Dan isinya pastilah seputar baksos, kebutuhan TK, kabar desa-desa yang rawan pendangkalan aqidah, ataupun kabar mualaf yang harus dibantu. Hanya seputar itu, tak ada lainnya.
Saya ingat betul waktu Bu Ati koordinasi baksospun dalam kondisi sedang opname. Tapi beliau tak pernah mengeluh. Tak pernah protes jika wa saya mengganggu istirahatnya.
Saya belajar banyak dari Bu Ati. Yaitu tentang semangat yang selalu menyala meskipun dalam kondisi sakit parah. Selalu memikirkan ummat tanpa terhalangi jarak dan waktu. Semangat beliau selalu menular. Pantaslah beliau menjadi sosok Ketua yang tangguh.
Usia beliau sudah tak lagi muda. Baksos di lereng Merbabu itu cukup melelahkan untuk seusia beliau. Apalagi harus perjalanan berjam-jam terlebih dulu untuk mencapai lokasi. Tapi itu semua tak menyurutkan langkahnya untuk berkali-kali mengunjungi lereng Merbabu.
TK Persis Samirono menjadi bukti kegigihan beliau. Karena KDDP selalu peduli tanpa batas. Selalu berusaha support TK setiap saat. Bahkan ketika sapi peliharaan TK mati saat beranak, beliau langsung sanggup untuk mencarikan ganti, Masya Allah...
Sungguh kami merasa sangat kehilangan atas kepergian Bu Ati. Semoga TK Persis Samirono menjadi salah satu tabungan amal jariyah beliau. Semoga ikatan ukhuwah ini akan abadi selamanya, tak hanya di dunia tetapi hingga ke akhirat.
Selamat jalan Bu Ati ...
Selamat jalan pejuang...
Kami bersaksi bahwa engkau adalah orang baik yang selalu memikirkan ummat meski dalam kondisi sakit parah...
Semoga kami bisa mengikuti jejakmu untuk selalu peduli ummat ...
Innalilahi wa inna ilaihi raji'un...
Allohummaghfirlaha warhamha waafiha wafuanha.....
(By Widi Astuti)