PKS-PKB Jadi Satu Koalisi, Apakah Akar Rumputnya Bisa Bersatu?
Untuk pertama kalinya, lagu Ya Lal Wathon dinyanyikan di Kantor DPP PKS. Lagu yang ditulis oleh KH Abdul Wahab Hasbullah ini biasa dinyanyikan dan diperdengarkan di acara Nahdlatul Ulama dan PKB. Sejumlah pihak menilai, PKS berusaha berasimilasi dengan kultur nahdliyyin, saat mereka menjamu PKB di Kantor DPP PKS pada Selasa (14/9/2023). Apalagi langsung dipimpin Presiden PKS, Ahmad Syaikhu.
“Sebagai bagian rasa lebih dekat lagi pada hari ini, bahkan sudah hadir di DPP PKS ini, saya, mari kita mungkin sama-sama sebagai bagian dari menyambut kehadiran, kedatangan ini, kita berdiri sejenak dengan menyanyikan lagu Yaa Lal Wathon," kata Syaikhu.
Dalam sambutannya, Syaikhu mengaku gembira dengan bergabungnya PKB ke poros pendukung bakal capres Anies Baswedan.
Elite PKS & PKB Bersatu, Bagaimana Kader dan Simpatisan di Akar Rumput?
Elite PKS dan PKB sama-sama mengakui bahwa mereka memiliki perbedaan cara pandang dan jarak antarkader maupun pemilih di akar rumput. Meskipun secara kepentingan politik kerap disatukan baik saat pilpres, pileg maupun dalam kerja-kerja parlemen dan konstitusional.
Untuk mengupayakan persatuan di kader akar rumput, PKS menegaskan soliditas dan loyalitas kader pada keputusan partai.
Juru Bicara PKS, Ahmad Mabruri menegaskan, begitu Majelis Syuro memutuskan dukungan kepada Anies Baswedan sebagai capres dan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres, maka kader wajib untuk taat mendukung. Termasuk mendukung keputusan berkoalisi dengan PKB dan Nasdem.
“Kami sudah melakukan konsolidasi tipis-tipis. Tapi kader di bawah itu taat. Kalau belum ada putusan tunggu dulu," kata Mabruri saat dihubungi Tirto pada Kamis (14/9/2023).
Hingga tulisan ini dibuat, PKS masih menanti putusan Musyawarah Majelis Syuro terkait dukungan kepada cawapres Muhaimin Iskandar (rencananya digelar hari ini -red).
Di sisi lain, Sekjen DPP PKB, Hasanuddin Wahid juga tidak menafikan ada sejumlah perbedaan pandangan antara partainya dengan PKS. Namun, Hasanuddin menanggapi itu dengan santai. Dia menyebut perbedaan adalah rahmat dan meyakini kader dari masing-masing partai dapat menyikapinya secara dewasa.
“Perbedaan adalah rahmat. Masing-masing partai boleh memenangkan pileg. Tapi kita yakin masing-masing basis PKB maupun PKS akan memilih pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) dalam pilpres," kata Hasanuddin saat dihubungi pada Kamis (14/9/2023).
Ketua DPP Partai Nasdem, Effendi Choirie juga menegaskan, poros Islam kanan, moderat atau tradisional yang melekat pada PKS maupun PKB hanyalah stigma. Dia meyakini dua partai tersebut sama-sama nasionalis dan juga religius. Sehingga dia yakin soliditas PKB, Nasdem dan PKS mudah untuk dilakukan dalam menyongsong kemenangan Anies dan Muhaimin.
“Kategori itu seperti tidak sepenuhnya tepat. Itu hanya pandangan untuk memudahkan pemetaan," kata Effendi Choirie saat dihubungi.
PKS-PKB Bersatu, Siapa yang Diuntungkan?
Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menyebut, menyatukan konstituen akar rumput PKS dan PKB adalah hal yang sulit. Keduanya memiliki akar teologis yang berbeda antara Islam modernis dan Islam tradisionalis.
“Ini yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk bisa menyatukan akar rumput kedua parpol yang berbeda secara akar teologis yakni Islam modernis dan Islam tradisionalis," kata Wasisto saat dihubungi pada Kamis (14/9/2023).
Meski demikian, apabila melihat jejak rekam kedua partai, PKS dan PKB punya histori bersatu dalam satu koalisi. Saat masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jilid II. Oleh karenanya, kans menyatukan kedua kelompok partai ini masih terbuka besar apabila dilakukan secara intensif.
“Saya pikir perlu ada pendekatan intensif untuk bisa meyakinkan akar rumput," ungkapnya.
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago melihat, kedua partai juga sudah berupaya untuk saling mendekat. PKB menerima Anies yang memiliki corak representasi PKS, dan PKS mulai beradaptasi untuk bergerak ke tengah.
“Saya kira, PKS beradaptasi dan mulai ke tengah dengan narasi-narasi kebangsaan yang dekat dengan PKB," kata Arifki.
PKB juga bisa memanfaatkan kedekatan mereka dengan PKS untuk merebut suara di wilayah Jawa Barat. Hal itu mengingat di Jawa Barat suara PKB cenderung ciut di bawah PKS. PKS memiliki suara 13,46 persen dalam Pileg DPR RI, dan PKB 7,77 persen.
"PKB juga bisa memanfaatkan dukungan ke Anies dengan masuk ke wilayah yang didominasi PKS, seperti Jawa Barat dan Sumatera Barat," jelasnya.
(Sumber: Tirto)