PKS di simpang jalan?

Oleh: Erizal

Tetap mengusung Anies, tapi tak kunjung mengusung Muhaimin, itu agak aneh, kalau tak mengatakan galau. Tidakkah Capres-Cawapres diusung secara berpasangan, bukan terpisah? Deklarasi tak ikut, rapat pemenangan pun, alfa.

PKS di simpang jalan? Mestinya, sudah tak ada masalah. Langsung gabung. Ikut deklarasi dan ikut rapat pemenangan. Apa gunanya ke mana-mana masih bersama Anies, tapi Muhaimin tak juga diputuskan? Agaknya, PKS masih butuh waktu.

Demokrat memang lebih cepat. Kalau begini, ini tak bisa. Belum apa-apa saja sudah begini, bagaimana nanti? Jelas, tajam. Tak ambigu. PKS awalnya, juga jelas. Lanjut, tak soal. Tapi makin ke sini, makin kabur. Sepekan berlalu.

Waketum NasDem, Ahmad Ali, akan menghormati PKS jika akhirnya keluar dari koalisi Anies-Muhaimin. Memang, tanpa PKS, Anies-Muhaimin tetap bisa berangkat. Jadi, cek-cok Ahmad Ali vs Andi Arief dulu, tak lagi terjadi dengan PKS.

PKS benar-benar harus berhitung ulang. Keterikatan PKS agaknya hanya dengan Anies. Tapi seperti kata Sudirman Said, Anies tak berdaya karena bukan kader partai. Jadi, berlindung di bawah Anies bisa jadi lebih tak berdaya lagi. Entahlah.

PKS punya modal besar. Dibanding Demokrat, kurang lebih sama. Demokrat mulai bergerilya. Disebut SBY akan bertemu Megawati. Agaknya politik arus utama kali ini, tak segan-segan dilabrak. PKS harus juga melakukan itu. Tapi apa berani?

(8/9/2023)
Baca juga :