PERAHU ANIES BERLAYAR

PERAHU ANIES BERLAYAR

Oleh: Rivai Hutapea

Tak menunggu waktu lama, Capres-Cawapres Anies-Cak Imin dideklarasikan. Sontak saja, hal ini mengubah konfigurasi politik dalam negeri. Nama Anies sebagai Capres partai koalisi perubahan, terkerek naik. Selain peran besar Surya Paloh (Nasdem) dan Ahmad Syaiku (PKS), sepertinya publik juga kudu mengacungkan jempol ke Anies Baswedan (ABW). Setidaknya, ini menunjukkan ABW merupakan sosok negarawan yang visioner dan tidak dapat dipandang sebelah mata.  

Diakui atau tidak, selain dua tokoh yang disebut di atas, anggota KAGAMA, jebolan FE Universitas Gadjah Mada (UGM) inilah sosok yang punya peran signifikan “menyelamatkan” koalisi perubahan dari ancaman kebekuan dan bubar. Koalisi perubahan dan Anies terancam tidak dapat mendaftarkan diri sebagai Capres. Sehingga perahu Anies dan parati koalisinya, tidak berkembang dan cita-cita “perbaikan”, kuncup sebelum berkembang.
 
Saat Anies membawa nama Cawapres (Cak Imin, tentu beserta gerbong PKB dan NU) ke para Ketua Umum Partai koalisi perubahan, ada 1 partai koalisi perubahan yang ngotot, tidak setuju, bahkan mengancam keluar koalisi. Jika Anies tetap ngotot mengumumkan Cawapres tersebut, maka koalisi tidak memenuhi syarat dukungan dan Anies bakalan kandas melaju sebagai pasangan Capres. Dan otomatis perahu Anies dan partai koalisinya, tidak dapat berlayar.

Padahal, alasan Anies memilih Cak Imin, terbilang rasional, bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi dan yang jauh lebih penting lagi punya kans kemenangan lebih besar.  Sehingga cita-cita “memperbaiki yang keliru dan melanjutkan yang telah baik”, punya peluang untuk direalisasikan. Bagaimana tidak, dengan mengandeng Cak Imin sebagai Wapres, koalisi perubahan akan mendapat tambahan “darah” dan suara signifikan karena PKB dan Cak Imin memiliki kantong elektoral yang kuat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sehingga menutupi kelemahan dan kekurangan Anies di dua wilayah tersebut. 

Nasi belum menjadi bubur. Masih ada waktu bagi Partai Demokrat untuk berpikir jauh ke depan dan mempertimbang kepentingan yang jauh lebih baik untuk Indonesia. Gagalnya AHY menjadi Cawapres Anies, bukan sebuah dosa besar. Melainkan, langkah strategis untuk menggolkan cita-cita bersama partai koalisi berlomba-lomba memberikan kontribusi terbaik untuk negeri.  

Namun, bila pada akhirnya, PD tetap tidak bisa bersama dengan partai koalisi perubahan, itu pun bukan sebuah dosa. Melainkan sebuah pilihan. Karena politik adalah pilihan. Pastinya, tanpa kehadiran PD di partai koalisi perubahan, Anies tetap memenuhi syarat untuk maju menjadi Capres. Bahkan hanya dengan Nasdem dan PKB pun, Anies tetap memenuhi syarat untuk mendaftar. Terlebih lagi ditambah dengan dukungan loyal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), jalan Anies masuk gelanggang Pilpres 2024, semakin lebar. Perahu Anies tetap berlayar dan semakin dekat dengan kemenangan bersama mayoritas rakyat. Insya Allah.

(*)

Baca juga :