Peluang Demokrat Tinggal Prabowo
Oleh: Erizal
Kalau benar syarat yang dibuat PDIP bahwa Demokrat harus menyatakan dulu dukungan terhadap Ganjar, agar pertemuan SBY-MEGA dapat terlaksana, kiranya itu terlalu berlebihan, kalau tak mengatakan mengada-ada. Mustahil.
Itu bukan syarat politik kesetaraan, melainkan kesenjangan. Dalam beberapa hal bisa disebut pelecehan. Malah, meminta secara cuma-cuma agar menyerahkan leher buat disembelih. Tega betul syarat itu. Tak ada syarat terhormat, selain itu?
Padahal, Demokrat sudah tak lagi menjadikan AHY sebagai syarat berkoalisi. Sudah rasional. Bukan lagi penggerak koalisi, melainkan tamu. Berarti, pertemuan SBY-MEGA itu memang tak pernah dikehendaki pihak MEGA, bukan SBY.
Lalu, buat apa lagi energi bangsa ini diarahkan buat menunggu-nunggu pertemuan SBY-MEGA yang tak bakalan bisa bertemu itu? Sudah tak guna. Bisa jadi pihak MEGA juga sudah malas bertele-tele. Iya, iya, tidak, ya tidak. Ke intinya saja.
Yang sudah lama berkoalisi saja bisa pecah. Apalagi, ini masih akan berkoalisi, dililit masa lalu yang kurang elok pula. Bukan setahun dua tahun, tapi hampir genap 20 tahun. Jadi kalau tak langsung ke intinya, memang tak ada guna.
Artinya, peluang berkoalisi Demokrat hanya tinggal satu, yakni Prabowo. Cita-cita persatuan yang digaungkan Prabowo pastilah cocok tak hanya dengan Demokrat, tapi juga buat setiap anak bangsa. Masa depan AHY masih panjang.(*)