Ini adalah Mata manusia👁️ (foto close up).
Nikmat Mata, Lebih Besar dari Ibadah Sepanjang Masa
Dalam Al Mustadrak ‘ala Shahihain, kitab At Taubah wal Inabah, ada sebuah riwayat yang sangat menyentuh. Menyadarkan betapa nikmat Allah sangat mahal hingga amal kita sepanjang hayat pun tak bisa menebusnya.
Ada seorang laki-laki dari kaum terdahulu yang usianya ratusan tahun. Ia gunakan siang hari untuk banyak berpuasa dan malam harinya ia memperbanyak qiyamul lail. Ketika hisab dan mizan sudah selesai, tampaklah amal kebaikannya lebih berat daripada amal buruknya. Lalu Allah berfirman kepadanya:
أدخلوا عبدي الجنة برحمتي
Wahai hamba-Ku, masuklah ke surga karena rahmat-Ku
Merasa amal kebaikannya sangat banyak, orang itu menjawab dengan nada protes:
رب بل بعملي
Tuhan, bahkan (aku masuk surga) karena amalku
Allah mengulangi firman-Nya:
أدخلوا عبدي الجنة برحمتي
Wahai hamba-Ku, masuklah ke surga karena rahmat-Ku
Orang itu kembali menjawab dengan nada protes:
يا رب بل بعملي
Wahai Tuhan, bahkan (aku masuk surga) karena amalku
Allah berfirman untuk ketiga kalinya:
أدخلوا عبدي الجنة برحمتي
Wahai hamba-Ku, masuklah ke surga karena rahmat-Ku
Lagi-lagi orang itu menjawab:
رب بل بعملي
Tuhan, bahkan (aku masuk surga) karena amalku
Maka Allah memerintahkan malaikat untuk menimbang seluruh amal kebaikan orang itu dengan satu nikmat mata.
Ternyata amal kebaikan sepanjang ratusan tahun itu tidak lebih berat dari nikmat mata.
Melihat itu, ia tersadar lalu mengoreksi kata-katanya.
رب برحمتك أدخلني الجنة
Tuhan, dengan rahmat-Mu masukkan aku ke surga.