Miris baca berita ini...

Catatan Yanuar Rizky (pengamat ekonomi):

Kalau baca berita ini....

MAKA, cara berpikirnya adalah sama dengan Nikel, bahkan Menteri Investasi Kepala BKPM Bahlil mengatakan di berita ini, bahwa...

*diambil dari berita di CNBC:

[Indonesia, lanjut Bahlil, memiliki bahan baku industri kaca dan solar panel yakni pasir kuarsa atau silika. Bahkan Indonesia merupakan produsen terbesar kedua di dunia.

Bahlil berharap pasir kuarsa bisa diolah di dalam negeri sehingga bisa diperlakukan seperti sumber daya alam lainnya, yakni nikel dan tembaga.

"Tidak menutup kemungkinan ke depan, kita mempertimbangkan ya kita larang ekspor juga," tegasnya.]

Jadi, sama dengan industri batere di China yang membutuhkan bahan baku Nikel demikian pula industri Kaca membutuhkan bahan baku pasir kuarsa (silika) yang ada di Pulau Rempang.

Kalau ore nikel mentah di Indonesia, dengan pola menjadi pemegang saham pengendali smelter hilirisasi ore nikel mengamankan nikel yang menjadi bahan baku Industri batere --yang disoroti komisi perdagangan Amerika Serikat membuat China memonopoli Industri Batere.

MAKA, hilirisasi pasir kuarsa (silika) menjadi bahan baku industri kaca di China. Dimana, untuk silika Indonesia menjadi pemasok bahan mentah kedua di dunia...

Jadi, ini konsep hilirisasi di dalam tanah NKRI, yang dikeruk, diproses dengan penanaman modal (saham) sebagai skema menguasai bahan baku untuk membiayai INDUSTRILISASI DI CHINA.

Kalau di Nikel ada Tsinghan, di Kaca ada Xin Yi, nama perusahaannya....

Dan, ada partner lokal, di nikel, gitu juga di kaca...

Partner lokalnya senang, tapi ongkos lingkungan diserap rakyat, kebanyakan atas nama Proyek Strategis Nasional (PSN).

Pertanyaan ideologis, strategis untuk siapa?
Apa kita membangun industri?
Apa kita punya kasta pengusaha yang membangun Industri? Atau hanya oligarki yang pegang konsesi lahan, lalu dapat fee (medioker) dari Industri negara lain?

Ya, untuk menjawabnya; sekali lagi kita perlu ingat apa yang dikatakan Bung Karno dalam pledoi Indonesia Menggugat (1930):
".... imperialisme yang saya maksud adalah bangsa kami kerja paksa, tanam paksa rempah-rempah, tapi hasilnya untuk membiayai krisis Industri di barat...."

Dan, tak malu-malu bilang harta karun RI diincar Perusahaan China.... wuidih jadi harta karun (Sumber Daya Alam) yang menurut konstitusi UUD 1945 dikuasai oleh negara itu seperti ini ya cara memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat??

Suka tak suka, sunatullah memberi sinyal, ada yang terluka, itulah para penghuni pulau Rempang yang mendemo, dan jadi masalah HAM karena ricuh....

Akankah, kita introspeksi? Atau sebatas berdalih karena ganti ruginya kurang, atau cuma masalah komunikasi?

(fb)
Baca juga :