KISAH IMAM FUDHAIL BIN IYADH DAN ANAKNYA
💠 Dahulu, Fudhail bin ‘Iyadh adalah seorang perampok yang sangat ditakuti. Lalu Allah memberi beliau hidayah, maka beliau pun bertobat. Setelah itu, beliau menghabiskan waktu di Masjidil Haram. Beliau adalah orang yang sangat saleh, sangat hati-hati memberi nafkah kepada keluarga. Beliau menolak hadiah-hadiah dari para raja yang mengunjungi beliau karena ragu tentang kehalalannya. Beliau justru memilih menghidupi keluarga dengan hasil bekerja mengurusi air di Makkah.
💠 Beliau sangat memerhatikan pendidikan putra beliau, ‘Ali. Pada suatu hari beliau mengatakan, “Ya Allah, aku telah bersungguh-sungguh untuk mendidik ‘Ali, tetapi aku tidak mampu melakukannya. Maka dari itu, didiklah dia untukku.”
💠 Demikianlah, kesalehan orang tua menurun pada sang anak. Sebagaimana halnya ayahandanya, ‘Ali adalah orang yang saleh. Beliau sangat takut ketika membaca atau mendengar ayat-ayat Allah tentang azab.
💠 Suatu ketika, ‘Ali shalat di belakang sang ayah. Saat itu, sang ayah membaca surat at-Takatsur. Tatkala bacaannya sampai pada ayat (لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ) “Sungguh kalian akan benar-benar melihat neraka jahim”, tiba-tiba ‘Ali jatuh karena takutnya.
💠 Dikisahkan pula bahwa beliau tidak sanggup membaca atau mendengar surat al-Qari’ah. Bahkan, seorang ulama, yaitu al-Khathib, mengatakan bahwa ‘Ali wafat sebelum sang ayah karena mendengar sebuah ayat. Beliau takut, lalu meninggal dalam keadaan seperti itu.
Mengenai rasa takut kepada Allah yang sangat besar yang dimiliki oleh kedua ulama—ayah dan anak—ini, Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan, “Aku tidak melihat ada orang yang lebih takut (kepada Allah, -pen.) daripada Fudhail dan anaknya.”
Wallahu a’lam bish-shawab.