Kegalauan Imam Ibnu Daqiq Al 'id, Permintaan Istri Saat Uang Tak ada

Kegalauan Imam Ibnu Daqiq Al 'id, Permintaan Istri Saat Uang Tak ada

Ketika seorang Ulama besar bernama Muhammad bin Ali (nama aslinya) mau berangkat melaksanakan khutbah ied (lebaran), istrinya berpesan agar pulang membawa daqiq (tepung) yang akan diolah untuk makanan lebaran. Sedihnya, saat itu dia tidak memiliki uang untuk beli tepung permintaan sang istri.

Saat akan keluar rumah istrinya kembali berpesan:
لا تنس دقيق العيد
"Bang, jangan lupa daqiq al ied (tepung hari raya)."

Dia pun keluar rumah dengan membawa pesan istrinya tersebut, dan saat berkhutbah pikirannya galau terus mengingat ucapan sang istri sampai di tengah khutbahnya dia malah menyebut pesan itu,
لا تنس دقيق العيد
"Jangan lupa daqiq al ied...."

Setelah itu orang-orang pun memanggilnya dengan nama Ibnu Daqiq al Ied (ابن دقيق العيد). Nama beliau kemudian dikenal dengan Imam Ibnu Daqiq al Ied, gara-gara galau dengan tepung tapi gak punya uang.

Beginilah kehidupan Ulama, padahal Imam Ibnu Daqiq Al Ied bukan sembarang orang, karya karyanya menjadi rujukan para Ulama setelahnya. Tapi pun demikian, beli tepung untuk buat kue lebaran saja sampai galau. 

Dulu ulama belajar-mengajar, belajar-mengajar, belajar-mengajar. Sekarang Ustad kerjanya ceramah, ceramah, ceramah, belajarnya pun outodidak untuk bahan ceramah.

(Muhammad Hanafi)

__________________

Imam Ibnu Daqiq al-’Id (1228-1302) adalah seorang ulama dan hakim di kesultanan Mamluk Bahri di Mesir. Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Abu al-Fath Muhammad bin Ali bin Wahb bin Muthi’ al-Qusyairi al-Manfaluthi ash-Sha’idi al-Maliki asy-Syafi’i. Ia dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun 625 H, di dekat Yanbu’, Hijaz. Menjabat sebagai qadhi pada masa Sultan An-Nashir Muhammad selama beberapa tahun hingga meninggal dunia pada tahun 702 H. Ia merupakan salah satu di antara guru-guru dari Imam Adz-Dzahabi.

Gelarnya: Imam al-Faqih al-Mujtahid al-Muhaddits al-Hafizh al-Allamah

Al-Hafizh Quthbuddin mengatakan, “Syaikh Taqiyuddin (Imam Ibnu Daqiq Al 'id) adalah imam pada masanya, dan termasuk orang yang tinggi dalam ilmu dan kezuhudan dibandingkan sejawatnya. Tahu mengenai dua madz-hab, imam mengenai dua prinsip madzhab, hafidz dan seksama dalam hadits dan ilmu-ilmunya. Ia dijadikan perumpamaan mengenai hal itu. Ia simbol dalam hafalan, keseksamaan dan ketelitian, sangat besar rasa takutnya, senantiasa berdzikir, dan tidak tidur malam kecuali sedikit. Ia menghabiskan malamnya di antara menelaah, membaca al-Qur’an, dzikir, dan tahajjud, sehingga berjaga menjadi kebiasaannya. Seluruh waktunya diisi (dengan suatu yang berguna). Ia banyak belas kasih kepada orang-orang yang sibuk lagi banyak berbuat kebajikan kepada mereka."

Karya tulisnya:
Ia menulis Syarh al-Umdah, kitab al-Ilmam, al-Imam fi al-Ahkam, dan kitab mengenai ilmu-ilmu hadits. 

*Ref:


Baca juga :