Oleh: Muhammad Nuruddin (Alumni Al-Azhar)
Jika Anda ingin melukiskan Islam dalam satu kata, maka kata yang tepat itu ialah Muhammad Saw. Seorang nabi agung yang menjadi cerminan utama dari agama Islam itu sendiri. Kata guru saya, selama dalam hati kita ada rasa cinta kepada nabi, maka selama itu pula kita akan terjaga dari kekufuran. Di luar sana ada orang-orang yang sejak kecil hidup di lingkungan Muslim. Tapi ketika dewasa dia mulai menanggalkan keimanannya. Sebabnya bisa banyak. Tapi akar utamanya ada satu. Yaitu tidak adanya rasa cinta yang mendalam kepada Nabi Muhammad Saw.
Waktu belajar di Mesir, saya pernah membaca kisah seorang penceramah sekaligus penulis (dan konon dia hafal al-Quran), tapi di penghujung hayatnya dia malah jadi seorang Ateis. Itu memang mungkin. Dan biasanya itu terjadi pada orang-orang yang beragama dengan spiritualitas yang kering. Tidak mengenal rasa cinta kepada nabinya. Kurang mendalami pesan-pesan moral agama. Jauh dari orang-orang saleh. Atau tidak belajar agama kepada ahlinya. Itu bisa terjadi. Sekalipun orang itu hafal al-Quran! Namun, masih kata guru saya, kekufuran itu tidak akan menghampiri orang Muslim yang mencintai nabinya dengan sepenuh hati.
Cinta itu akan menjadi pelindung dan penghalang. Bukan hanya dari kekufuran. Tapi juga dari pikiran-pikiran yang sesat dan menyimpang. Penjelasan semacam ini cukup masuk akal. Orang yang sudah jatuh hati pada sesuatu pada umumnya memang akan merasa sulit untuk berpisah dari sesuatu itu. Dengan kata lain, cinta yang dalam dan kuat itu dapat menjadikan ikatan semakin erat. Kalau dalam hati Anda tertanam rasa cinta kepada agama, maka mustahil Anda meninggalkan agama itu. Atau memandangnya sebagai sesuatu yang tidak berguna. Kecuali kalau rasa cinta itu memang sudah tdk ada.
Itulah penjelasan sederhana mengapa rasa cinta kepada nabi itu bisa menjaga seseorang dari kekufuran. Karena cinta itu akan mengikat. Semakin kuat ikatan, maka semakin jauhlah Anda dari penyimpangan. Di lain waktu, saya pernah menyimak ceramah seorang dai terkemuka, yang mengisahkan seorang pemuda, yang dalam salah satu tahapan hidupnya pernah mengalami keraguan tentang agamanya. Ringkas cerita, dia ingin menjadi Ateis. Dan mulai ragu dengan kenabian Nabi Muhammad Saw. Di tengah gejolak batin yang dia alami, akhirnya dia menggenggam sebuah tasbih. Dan dia pun berzikir.
Dalam kebingungan itu, tiba-tiba datanglah 'suara batin' yang mengetuk kesadarannya. Dia mulai ingat bahwa Nabi Muhammad Saw itu adalah sosok yang jujur. Sebelum jadi nabi saja, orang-orang di sekitarnya sudah menjulukinya sebagai "as-shādiq al-amīn" (orang jujur lagi terpercaya). Konsekuensinya, ketika beliau datang mengaku sebagai nabi, dan beliau tampil dengan bukti kenabiannya, apalagi jika bukti kenabian itu masih bisa kita uji sampai sekarang, nalar yang jernih tentu akan kesulitan untuk menolak.
Berbohong sama manusia aja dia nggak pernah kok. Lalu mana mungkin dia berbohong atas nama Tuhan?! Hanya dengan bisikian semacam itu, pemuda tadi pun tidak jadi Ateis. Dan kembali memeluk Islam secara mantap. Begitulah nabi menjaga umatnya yang punya rasa cinta kepadanya. Mudah-mudahan di bulan maulid ini rasa cinta kita bisa semakin bertambah. Dan jika Anda mengharapkan itu, maka perbanyaklah membaca salawat kepadanya. Sambil mempelajari sejarah kehidupannya yang mulia.
Bersyukurlah kalau Anda sudah mengimani kenabiannya sejak kecil. Tapi ingat, ketika sudah memasuki usia dewasa, Anda punya kewajiban untuk mempelajari dalil-dalil terkait akidah keagamaan yang Anda peluk itu. Dan salah satu akidah pokok yang perlu dipelajari itu berkaitan dengan nabi kita sendiri. Karena tidaklah sempurna tauhid seorang Muslim kecuali dengan bersaksi akan kenabiannya. Dan membenarkan semua perkataannya. Alhasil, beragama yang ideal tidak cukup hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah saja. Tapi juga harus menjalin ikatan batin dengan kekasih-Nya.
Selamat bergembira atas hari kelahiran nabi kita. Tanpa kehadirannya, kita akan hidup di alam yang gelap. Dialah jalan kita untuk menuju Allah Swt. Dia adalah nabi terakhir yang melanjutkan ajaran para nabi terdahulu itu. Semua nabi hanya datang dengan satu agama. Yaitu agama Islam. Akidah mereka sama. Mengakui keesaan Allah. Dan mengimani semua utusan-Nya. Yang membedakan mereka hanya syariatnya saja. Jika Anda sudah beriman kepada nabi-nabi terdahulu, maka kejujuran iman mengharuskan Anda untuk percaya pada utusan-Nya yang terakhir. Dan Dialah Muhammad Saw. Nabi yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ
(*)