Cendekiawan Muslim dan Taliban
Ribuan ahli Islam, cerdik pandai, cendekiawan, thinktank, intelektual Muslim dari berbagai negara modern, lewat segala pertimbangan sampai pada kesimpulan bahwa di masa kini hukum Islam yang berasal dari Allah 'belum bisa diterapkan'.
Berbagai alasannya antara lain untuk menghindari mafsadat (kemudhorotan), masyarakat belum siap, takut negara bubar, takut salah paham, belum ada hakim yang adil, takut tekanan Barat, PBB, HAM, media, nama baik Islam dan macam-macam lainnya.
Intinya adalah belum mampu melaksanakan perintah Allah. Sama seperti anak kecil yang belum sanggup berpuasa atau orang sakit yang tidak kuat shalat berdiri.
Begitu uzur di masa kini. Katanya sangat berat dan sulit menegakkan syariat.
Namun ternyata teori uzur tersebut terbantahkan oleh orang-orang miskin yang tidak sekolah dan bukan profesor, yaitu Taliban.
Dalam waktu singkat Taliban berhasil menginstall sistem Islam (terlepas adanya kekurangan) di Afghanistan, hingga ke level masyarakat terkecil. Mereka tak peduli dengan sanksi Barat, dimaki-maki, disudutkan media, difitnah bahkan dibenci oleh sesama Muslim.
Saya menemukan sebuah fakta menarik, bahwa Taliban ternyata melarang tradisi suku Pashtun (suku terbesar Afghanistan) jika bertentangan dengan hukum Islam. Termasuk kawin paksa.
Bagi sebagian masyarakat Pashtun, seorang janda yang suaminya meninggal tak punya pilihan lain selain dinikahkan paksa dengan kerabat mendiang sang suami. Bisa ipar, sepupu suaminya, keponakan suaminya dan sebagainya.
Namun di bawah hukum Islam, praktek tersebut dilarang kecuali si janda sendiri yang menyetujui menikah dengan kerabat mendiang suami.
Kasus-kasus lain seperti oknum Taliban yang mengintimidasi keluarga gadis cantik agar mau menerima lamaran kerabat si oknum tersebut.
Dengan hakim sederhana, buku catatan folio, dan karpet untuk alas tanah, Taliban menyelesaikan masalah masyarakat secara syariat Islam menurut mazhab Hanafi.
Pihak korban puas karena mendapat keputusan yang adil. Pelaku pun beruntung, karena percaya dosanya bisa diampuni.
Jangan salah paham mengira Taliban sangat ekstrim dalam perkara wanita. Justru sebenarnya masyarakat punya tradisi kesukuan yang jauh lebih ekstrim dibanding Taliban. Posisi Taliban moderat berada diantara tradisi klasik itu dan dunia luar yang modern.
Masyarakat membolehkan kawin paksa, Taliban tidak boleh. Bahkan wanita yang dimusuhi keluarganya karena tak mau kawin paksa, malah ditampung di panti Taliban.
Masyarakat melarang perempuan bersekolah setelah usia haid, Taliban membolehkan asal di sekolah Islam.
Sayangnya pandangan dunia terbalik, mau se-ekstrim apapun, kalau mengatasnamakan tradisi atau kesukuan maka dianggap wajar dan bisa dimaklumi. Sementara syariat tidak demikian, baru dengar namanya saja langsung berpikiran setiap orang bakal dipancung.
(Pega Aji Sitama)
____________________
*NB: Dibuka program musim dingin untuk warga sipil Afghanistan.
Update yang sudah terkumpul:
Rp 13.600.000
Harga 1 paket 20 Dollar atau Rp 300 ribu + estimasi biaya kirim uang 50 ribu = Rp 350 ribu.
Boleh donasi berapa saja, 10 ribu 20 ribu 30 ribu 100 ribu 1 juta 100 juta, tapi penyaluran sesuai jumlah paket.
Yang mau ikut bantuan musim dingin Afghanistan:
BSI - 7800000364
a.n. Asia Project
Konfirmasi ke wa.me/6287711763095