Quote dalam SS ini bukan Ayat atau Hadits.
Statemen ini dinisbatkan kepada Ulama mutaqaddimin (Ulama dulu) yang perlu diuji validitasnya baik diroyah ataupun riwayah.
Kalaupun valid, maushul ditinjau dari silsilah sanadnya, masih perlu konteks karena tidak relevan diimplementasikan pada setiap keadaan.
Kalau kita memakai kaidah Istiqra' ma'nawi yang dikonsep Imam Asy-syatibi, statemen ini problematik jika diuji dengan fakta-fakta historis. Selain Problematik secara ontologinya.
Ketiadaan pemimpin adalah keburukan, tetapi pemimpin yang zalim juga merupakan keburukan.
Jika tidak bisa dihindari kedua keburukan yang berbenturan ini, maka dipilih yang paling ringan efek buruknya pada umat.
Maka Kezaliman dilihat dulu kadar dan cakupannya, tidak dibandingkan dengan ketiadaan pemimpin tapi dibandingkan dengan tanggung jawab dan amanat Pemimpin. Inilah sisi problematik statemen tersebut secara falsifikasinya.
Kemudian jika diuji dengan fakta sejarah, tidak mungkin statemen tersebut dipertahankan secara logis, ketika sampel yang dijadikan variabel Ujiannya adalah Polpot, Mao Zedong, Stalin dan Fir'aun misalnya.
Melawan, lebih baik daripada hidup ditindas.
(Aly Raihan El Mishry)