ASAL PILIHAN KITA, ASAL ANIES, ASAL BUKAN GANJAR
Oleh: Balyanur
Terkadang di satu perjamuan makan, tidak ada satu makanan pun yang sesuai selera kita. Perut lapar, mau beli nggak punya uang. Pilihannya adalah makan saja sambil kesel menahan mual, atau menahan lapar.
PT 20 persen memang jadi biang keladi memaksa kita milih sesuai maunya parpol koalisi. Tapi mau apa lagi? Lagipula katakanlah, PT 20 persen nggak ada. Setiap parpol berhak mengusung Capres. Menu Capres semakin banyak.
Walapun fakta elektabilitas cuma ada 3 Capres yang punya nilai tinggi, kita bisa memilih yang lain walaupun elektabilitasnya nol koma, yang penting kita puas punya pilihan tepat. Soal menang nggak ada urusan, yang penting puas. Asal pilihan kita.
Kalau mau dipetakan, dukungan kalangan Nahdhiyin bukan hanya ke calon dari PKB saja (Cak Imin). Misalnya ET jadi cawapres Ganjar, maka perkiraan yang mendukung Ganjar adalah PBNU, sebagian besar Banser, Gusdurian, dan para kyai atau pesantren yang dekat dengan Istana.
Perkiraan yang mendukung Cak Imin tentu saja kader dan simpatisan PKB, kyai yang dulu mendukung Prabowo, dan mantan ketum PBNU, SAS. Kyai pesantren yang kurang dekat dengan pemerintah. Bagaimana dengan Prabowo? Ya, adalah, nahdhiyin yang menjadi kader parpol koalisinya.
Kalau soal kasus kardus durian yang akan menyandera Cak Imin, jangan dikira kalau Anies milih Cawapres lain KPK nggak bertindak. Kalau AHY jadi cawapres Anies hampir bisa dipastikan KPK akan kembali membongkar kasus Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas. Namanya disebut oleh Nazarudin di kasus Hambalang. Nazaruddin juga menyebut Ibas menerima aliran dana terkait sejumlah kasus korupsi. Diantaranya adalah kasus korupsi proyek pengadaan alat kesehatan dan proyek wisma atlet. Nama Ibas juga pernah disebut dalam persidangan kasus suap SKK Migas dengan terdakwa Rudi Rubiandini.
Kalau misalnya Erick Thohir jadi cawapres Anies, KPK akan mengambil alih dan kembali membongkar kasus koruspi sosialisasi/promosi dana Asian Games tahun 2017. Kalau misalnya Kang Emil yang jadi cawapres Anies, maka KPK akan semangat membongkar file laporan dugaan kelebihan bayar 300 milyar pembangunan Masjid Aljabar. Kalau misalnya ada perubahan musim mendadak Ganjar jadi Cawapres Anies, tentu saja KPK akan kembali membongkar kasus E-KTP.
Sekarang soal kecurigaan Cak Imin itu orangnya Jokowi. Sebenarnya bisa terbantahkan dengan usilnya KPK yang kembali membongkar kasus zaman jebot. Katakanlah iya. Lha Anies sewaktu memenangkan Pilkada DKI, dia kan mantan timses Jokowi dan mantan menteri pula. Prabowo yang kalah tipis dari Jokowi adalah yang membawa Ahok ke Jakarta. Surya Paloh beserta Nasdem dan Metro TV yang memusuhi aktivis muslim masih nampak jejaknya. Kalau mau menolak, saat SP capreskan Anies langsung tolak, itu lebih masuk akal.
Dalam setiap pertandingan kalah dan menang soal biasa. Seandainya Anies kalah pada putaran pertama, maka pilihannya adalah Prabowo atau Ganjar? Ini lebih sulit lagi. Mau Golput sama saja dengan memberi jalan Ganjar, mau pilih Prabowo, luka dikadalin masih membekas. Apa boleh buat. Terpaksa sambil manyun pilihannya adalah asal bukan Ganjar. Ya begitu deh.
(*)