Analisis Pemaparan Gagasan Anies Baswedan di UGM (A Critical Discourse Analysis)

Analisis Pemaparan Gagasan Anies Baswedan di UGM September 2023 (A Critical Discourse Analysis) 

By @gus_munozz

CDA merupakan sebuah metodologi kualitatif yang bertujuan untuk memahami, menafsirkan, dan mengkritik bagaimana sebuah teks dikonstruksi. Alat alat analitis yang digunakan untuk melakukan CDA antara lain adalah pilihan leksikal (kata), Grammar & Syntax, perangkat retorika yang digunakan, dan lain lain. Adapun yang dianalisa antara lain adalah konstruksi diskursiv, relasi kuasa, konteks historis, dan interdiskursivitas.

1. Gesture

Anies menunjukkan gesture yang terlihat rileks, kalem, dan ceria dari awal hingga akhir sesinya. Interaksi Anies dengan MC telihat luwes dan akrab. Ia memanggil MC dengan nama panggilannya, tanpa menggunakan titel bridging seperti "mbak", berbeda dengan kedua bacapres yang lain. Anies terlihat nampak sangat nyaman dengan moderator maupun dengan sekitarnya. Sesekali dia berbicara sambil duduk. Sesekali dia berbicara sembari berdiri. 

2. Gaya komunikasi

Anies berbicara dengan kalimat yang cenderung panjang dan terstruktur rapi dengan intonasi yang stabil cenderung datar, berbeda dengan kedua bacapres yang memperlihatkan jarak antara intonasi tinggi dan rendah yang cukup jauh. Di satu sisi, ini menunjukkan kematangan dan kestabilan emosi, namun disisi yang lain, ia seringkali melewatkan momentum klimaks yang dapat mendorong para hadirin untuk bertepuk tangan. Anies juga satu satunya bacapres yang tidak menggunakan power point selama mempresentasikan gagasannya. Anies nampak percaya diri dan menguasai materi yg akan ia sampaikan.

Anies menunjukkan gaya komunikasi yang egaliter dan tidak konfrontatif, ia memanggil para hadirin dengan sebutan "temen temen" yang membawa makna kesetaraan. 

3. Leadership Style

Cara Anies meng-address hadirin sebagai temen temen, kemudian memanggil Najwa dengan panggilan akrab "Nana", menunjukkan bahwa Anies menampilkan gaya kepemimpinan yang egaliter. Kritik Anies terhadap kebebasan berpendapat di era pemerintahan sekarang yang ia evaluasi dan beri nilai 5 merupakan nilai yang relatif sesuai dengan index demokrasi yang dikeluarkan oleh the Economist Intelligence Unit. Anies juga menyebut penggunaan istilah "Konoha" atau "Wakanda" oleh warga menjadi tanda bahwa warga merasa takut untuk memberikan kritik lalu mencari cara agar tidak menerima dampak dari aktifitas kritik tersebut.

Sikap keterbukaan terhadap kritik dan kritiknya terhadap keadaan kondisi demokrasi hari hari ini menunjukkan bahwa Anies merupakan sosok yang memiliki gaya kepemimpinan yang egaliter dan demokratis. 

4. Ideologi Kebijakan

Dua terma yang berkali kali Anies digunakan untuk menjabarkan orientasi kebijakannya apabila dia terpilih adalah "keadilan" dan "kesetaraan kesempatan". Dia menekankan bahwa apapun kebijakan yang hendak dievaluasi, direncanakan, atau ditetapkan mesti melalui filterisasi Dua prinsip tersebut. Memenuhi prinsip keadilan atau tidak. Jika iya, lanjut. Jika tidak, dievaluasi. 

Terma keadilan dan kesetaraan kesempatan merupakan terma yang khas dari keadilan distributive John Rawls. Anies nampak akrab dengan diskursus keadilan mengingat pendidikan tinggi lanjutan yang ia tempuh adalah public policy.

Ia mencontohkan penggunaan prinsip itu melalui penjelasan jejak kebijakannya di Jakarta dimana banyak kebijakan yang ia buat mencerminkan prinsip keadilan distributif. Beberapa kali Anies menamparkan kebijakan yang mendistribusikan keadilan kepada kelas masyarakat yang berada di kelas bawah dan menengah bagian bawah. Anies terlihat menguasai diskursus kelas sosial dan kondisi permasalahan yang dihadapi oleh kelas tersebut. Hal ini terlihat dari statemen nya berikut:

"Yang menjadi soal bukan yang paling bawah Nana, tapi yang sedikit diatas bawah.. Menengah bagian bawah yang tidak mendapatkan bantuan dari negara, padahal mereka memiliki kesulitan yang sama". 

Ini semua menunjukkan bahwa ideologi kebijakan Anies didasarkan pada keadilan bukan utilitarian. 

5. Eksklusi dan Inklusi

Pada pemaparan gagasan yang Ia sampaikan, Anies berulang kali menyorot keadilan yang menurutnya tidak diterima oleh kelas sosial Menengah bagian bawah. Ia memasukkan prioritas kebijakannya yang menginklusi kelas sosial yang selama ini dianggap tidak dijangkau oleh kebijakan-kebijakan yang ada. Adapun kelas sosial yang tidak terlalu mendapatkan atensinya atau yang bisa dikatakan, tereksklusi dari kebijakan-kebijakannya adalah kelas sosial atas.

Ini sebenarnya belum selesai.. Tapi udah kehabisan energi.. Jadi sampai di sini aja.. 😅

👇👇
Baca juga :