Anak Kuli Yaman

Anak Kuli Yaman

Jauh sebelum menjadi gembong teroris paling terkenal di seantero jagad. Usamah hanyalah pemuda biasa dengan banyak warisan sang ayah.

Dia menikah muda di usia 17 tahun, kuliah jurusan teknik, penyuka teknologi, pecinta lingkungan dan murid sebuah padepokan Judo yang dilatih pendekar asal Taiwan (lihat foto atas).

Ia ke Afghanistan pada 1979 untuk membantu mujahidin melawan Uni Soviet, Usamah menjelma menjadi manajer perang yang handal. Lobinya kuat. Kenalannya banyak. Uangnya melimpah.

10 tahun kemudian Usamah balik ke Saudi. Ia disambut bak pahlawan. Seorang pemuda Arab biasa berhasil mengalahkan negara superpower hingga bubar. Para pendukung mengelu-elukannya.

Hubungannya dengan pemerintah Saudi masih baik-baik saja. Intelijen menganggapkan sebagai aset luar yang bisa dipakai demi kepentingan nasional.

Ia juga bebas berbisnis bersama keluarga besarnya.

Namun Usamah merapat kepada gerakan yang dianggap melemahkan kekuasaan Dinasti Saud.

Invasi Irak ke Kuwait, serta masuknya koalisi internasional (AS NATO) di Saudi. Dimana Usamah menentangnya dan membuat Raja kesal. Siapa ini bocah, kok ngatur-ngatur?

Usamah dikenai tahanan rumah, sebelum akhirnya diusir dari Saudi. Kewarganegaraannya juga dicabut permanen, hartanya dibekukan. Sempat ke Afghanistan sebentar, Usamah dan pengikutnya memilih pergi ke Sudan.

Singkat cerita, Usama juga diusir oleh pemerintah Sudan dan terpaksa kembali ke Afghanistan pada 1996, satu-satunya yang mau menerima dirinya. Eh ternyata yang membuat Usamah diusir dari Sudan dan balik ke Afghanistan adalah Amerika Serikat. Penerbangannya memakai jet pribadi sewaan dikawal pendukungnya yang memegang Stinger.

Di Afghanistan semua kejadian yang kita ketahui terjadi. Ia segera menjadi buronan No 1 di planet Bumi setelah diduga mendalangi 9/11 (11 September 2001).
Di akhir 2001, Usamah dan pengikutnya terjepit di pegunungan Tora Bora. Sebuah perbukitan keras di perbatasan Afghanistan-Pakistan.

Amerika membawa ribuan milisi lokal Afghan dari Aliansi utara ke Tora Bora. Anehnya para pemburu Usamah berhenti maju saat posisinya unggul. Mereka selalu ngeles kecuali Amerika mengantar sekoper besar uang Dollar.

Amerika curiga, sebab bukannya gigih menyerang, milisi ini malah bercanda lewat radio dengan sisa-sisa pasukan Usamah.

Walhasil jutaan Dollar Amerika sia-sia, Usamah menghilang secara misterius di Tora Bora. Tak diketahui lagi keberadaan riilnya. 

Perlu 10 tahun bagi CIA melacak lokasi pasti. Seperti merangkai puzzel bolong.

Awal informasi datang dari Guantanamo, ketika seorang tahanan yang disiksa akhirnya memberi clue 'Abu Ahmad al-Kuwaity' yang diduga kuat akan membawa mereka mendekat ke Usamah. Hanya Abu Ahmad orang penting Al-Qaed* yang masih bebas.

Tapi siapa Abu Ahmad ini? Apa dia orang Kuwait? CIA tak punya info lagi.

Tak kehabisan akal. Segala skenario dirancang CIA. Abu Ahmad adalah orang Kuwait. Maka dilacaklah semua kemungkinan mengenai orang Kuwait yang ada di Pakistan. Tapi semua buntu.

Abu Ahmad sulit dilacak karena tak menggunakan perangkat komunikasi seperti orang pada umumnya. Komunikasi Al-Qaed* adalah searah, Usamah bisa menghubungi orang-orangnya, namun sebaliknya tidak bisa. Abu Ahmad diduga adalah satu-satunya kurir yang bisa menghubungi langsung Usamah.

Karena skenario pertama gagal, CIA kemudian membuat skenario kedua. Abu Ahmad bukan orang Kuwait namun ia memiliki kaitan dengan Kuwait.

Benarlah dugaan ini. CIA menemukan fakta mencengangkan lain dari tersangka Al-Qaed* asal Libya. Bahwa untuk mengirim pesan dari Usamah, Abu Ahmad menggunakan email yang disimpan di draft tanpa pernah dikirim.

Anggota Al-Qaed* lainnya tinggal login di warnet untuk masuk ke alamat email yang sama, kemudian ia membuka draft saja.

Taktik ini rupanya sama sekali tak diduga oleh CIA.

Pada skenario kedua mengenai identitas Abu Ahmad, CIA menemui titik terang. Ternyata ditemukan seorang warga Pakistan yang sering menelepon ibunya di Kuwait.

Aktivitasnya sangat mencurigakan. Nomor hanya aktif di waktu tertentu, ia menelpon secara acak waktu dan berpindah kota. Pasti ada yang mau disembunyikan.

Curigalah CIA. Abu Ahmad al-Kuwaity teridentifikasi. Ia asli Pakistan, namanya adalah M Arsyad Khan, tapi keluarganya sudah hijrah ke Kuwait.

Lokasi telpon berpindah-pindah namun ada satu kota yang "kosong", dimana di kota tersebut pernah menjadi basis pengikut Al-Qaed*, CIA curiga kota yang paling mungkin itu adalah Abbottabad. Sebuah kota di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Letaknya sekitar 50 kilometer timur laut Islamabad dan 150 km timur Peshawar. Kota ini berada di ketinggian 1.260 meter. Penduduknya berjumlah 1.430.888 jiwa. 

Benar saja, Abu Ahmad yang terlacak ketika menelpon ibunya diikuti oleh CIA menuju ke Abbottabad.

Kesimpulan makin menguat, Usamah ada di Abbottabad.

Abu Ahmad masuk ke sebuah rumah yang lagi-lagi nyeleneh. Di sana dinding beton tinggi, pagar berlapis serta ada semacam tempat pemantauan di lantai teratas, seperti benteng mini untuk melindungi seseorang. Model yang sangat jauh berbeda dengan kebanyakan rumah di Abbottabad.

Lokasinya sangat dekat dengan akademi militer Pakistan.

CIA memantau rumah berbulan-bulan. Menerjunkan aset lapangan lokal agar tak dicurigai. Agen lapangan ini tak diberitahu kebenaran siapa yang mereka awasi karena takut bocor ke Pakistan. Mereka yang ditugaskan ini diberitahu kalau targetnya adalah mafia narkoba.

Para agen ditugaskan membuka toko kelontong yang menjual popok dewasa, jaga-jaga Usamah menderita masalah saluran kemih. Ada juga yang diminta untuk menunggu sampah keluar dari rumah tersebut, barangkali ada sisa ludah atau rambut sehingga bisa dilakukan tes DNA.

Namun semua buntu. Tak ada yang beli popok dewasa. Dan sampah dibakar langsung di dalam area rumah.

CIA kemudian memanfaatkan dokter Shakil Afridi untuk melakukan vaksinasi kepada anak-anak penghuni rumah. Tujuannya mengambil sampel DNA. Afridi dan stafnya memang biasa melakukan program vaksinasi dari rumah ke rumah di Abbottabad.

Al-Qaed* dan Usamah yang tidak anti vaksin atau kedokteran modern, membuat rencana ini berhasil.

Dari darah salah satu anak yang divaksin, CIA menemukan DNA-nya memiliki hubungan dengan DNA keluarga bin Laden. Maka kesimpulannya anak ini mungkin anak kandung Usamah.

Selain hasil DNA, pemantauan satelit CIA menemukan titik terang. Seorang pria kurus tinggi besar keluar rumah. Dari rumus cosinus dengan benda-benda sekitar, diketahui tinggi pria tersebut 193 cm, sama dengan tinggi Usamah yang diketahui sebelumnya.

Setelah keberadaan Usamah terlacak. Pemerintah Amerika segera menyiapkan operasi Tombak Neptunus yang sangat rahasia. Bahkan para personel tidak diberitahu tujuan misi. Pokoknya mereka akan ditugaskan ke Afghanistan.

Di Afghanistan para anggota Navy SEAL dilatih di sebuah rumah yang sengaja dibangun meniru persis model rumah persembunyian Usamah.

Setelah dianggap siap barulah misi sebenarnya dibuka. Mereka akan diterbangkan secara ilegal ke Abbottabad, Pakistan, menggunakan 2 helikopter yang terbang rendah untuk menghindari radar pertahanan udara Pakistan.

Amerika tak mau Pakistan mengetahui operasi ini. Takut bocor dan takut ditembak Pakistan.

Misi ke Abbottabad sukses, heli makin mendekat ke rumah target, meski terjadi insiden ketika salah satu helikopter menyenggol bangunan dan jatuh di halaman rumah Usamah.

Navy SEAL yang berhasil mendarat menjebol satu per satu pintu. Perlawanan dari penghuni rumah berhasil diatasi.

Usamah sendiri ditembak saat sedang sedang mengintip dari kamarnya. Total yang dibunuh dalam operasi Neptunus ada 5 orang. Usamah, putranya Khalid, Abu Ahmad, Abrar (adik Abu Ahmad) dan istri Abrar.

Jadi cerita bahwa Usamah berlindung di belakang istrinya sebelum ditembak adalah hoax. Istri Usamah selamat dan dikemudian hari dipulangkan ke negara asal bersama anak mereka.

Berakhirlah era Usamah sebagai gembong teroris global.

Ada 1 fakta menarik, Abu Ahmad al-Kuwaity ternya berteman baik dengan Encep Nurjaman alias Hambali, salah satu pelaku serangan bom Bali yang kini mendekam di Guantanamo tanpa kejelasan hukum.

Duh memang agak konyol Amerika. Encep ditangkap dan tidak diserahkan ke Indonesia. Encep yang dibawa ke Guantanamo ini tak kunjung kena vonis pengadilan karena bukti-bukti yang diajukan CIA dianggap belum cukup oleh pengadilan AS sendiri.

Padahal bukti keterlibatan Encep melimpah di tangan polisi Indonesia. Mungkin kalau dia dihukum di sini, sekarang sudah tidak radikal dan ikut upacara.

Tamat..

Begitu akhir kisah Usamah, putra bos Yaman yang menghebohkan dunia. Semoga diampuni kesalahannya dan diterima amal ibadahnya.

(Pega Aji Sitama)
Baca juga :