ABAYA PRANCIS DAN SEJARAH ANDALUSIA

ABAYA PRANCIS DAN SEJARAH ANDALUSIA

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Jumat (1/9/2023) menegaskan bahwa pemerintahannya tidak akan berkompromi dengan larangan pakaian panjang seperti abaya di sekolah-sekolah.

Presiden Macron mendukung keputusan menteri pendidikan melarang abay di sekolah dan menjamin akan ada penindakan bagi pelanggar aturan tersebut.

"Sekolah-sekolah di negara kita sekuler, bebas dan wajib, tapi yang terpenting, sekuler ... dan tanda-tanda agama, apa pun itu, tidak memiliki tempat (di sana)," kata Macron saat mengunjungi sebuah sekolah menengah atas di kota Orange, Prancis Selatan, seperti dilansir BFMTV.

Hari Senin (4/9/2023) ini adalah hari pertama tahun ajaran baru di Prancis. Mulai hari ini, larangan pemakaian abaya akan diberlakukan.

Selama ini siswi yang mengenakan jilbab diminta untuk menanggalkan kerudungnya sebelum memasuki area sekolah. Mereka tetap diizinkan memasuki gerbang sekolah asal kerudungnya telah dibuka.

Terlihat di beberapa tayangan para siswi yang mencopot kerudungnya dan memasukkannya ke dalam tas di depan petugas.

Entah apa yang akan dilakukan petugas kali ini. Apakah mereka akan meminta siswi yang mengenakan abaya pulang ke rumah dan tak bisa sekolah?

Ketika polemik pakaian panjang yang menutup tubuh ini mulai mengemuka, beredar foto-foto pejabat yang mengenakan gaun panjang, termasuk istri Sang Presiden, Brigitte Macron.

“Apakah ia sedang mengenakan abaya?” tulis salah satu akun di sosial media yang kemudian ramai menuai komentar netizen.

Menteri Kesetaraan Wilayah dan Perumahan, Cécile Duflot, pun termasuk yang buru-buru membantah di akun sosial medianya bahwa gaun panjang yang dikenakannya bukan bentuk serangan terhadap sekularisme, “Yang saya kenakan adalah gaun Gucci 2.980,” bantahnya.

Akhirnya, semua pihak kebingungan sendiri, mana yang dimaksud dengan abaya dan apa bedanya dengan gaun panjang yang menutup seluruh tubuh?

Dibuatlah definisi, abaya adalah sepotong pakaian yang dianggap menunjukkan tanda-tanda nilai agama seseorang secara provokatif, dipakai berulang kali, atau seseorang menolak untuk melepasnya.

Sungguh, sebuah definisi yang sangat Islamphobia!

Fashion di Eropa, termasuk Prancis, pernah sangat terpengaruh dengan gaya busana Muslim Andalusia yang waktu itu menjadi trendsetter di dunia. Dalam buku berjudul “Costumes of all Andalus”, Lady Violante de San Sebastian, menuliskannya.

Disebutkan bahwa sebagian besar perempuan kelas atas menutup tubuhnya dan mengenakan cadar. Pakaian mereka terdiri atas jilbab, cadar, serta mantel yang disebut zihara.

Di dalam zihara mereka bisa mengenakan beragam pakaian yang indah seperti tunik, gaun, dan sebagainya. Zihara ini mirip dengan fungsi abaya yang dikenalan masyarakat Arab Saudi saat ini.

Pendatang dari Afrika Utara bisa dikenali dari turban yang dikenakan untuk menutup kepala. Di Andalusia, penutup kepala tak hanya dikenakan perempuan, namun juga pria.

Penutup kepala bagi pria biasanya berupa ikatan kain berwarna putih. Bahan terbaik didatangkan dari Baghdad. Dikenal dengan nama qalansuwa. Bahan itu berupa campuran sutera dan linen, dan berhias sejumlah ornamen.

Perempuan Nasrani dan Yahudi mengenakan pakaian yang sama dengan Muslimah. Hanya bedanya, mereka diwajibkan mengenakan ikat pinggang berwarna khusus yang disebut zunnar. Tujuannya agar status mereka mudah dikenali.

Perempuan Eropa baru memakai pakaian seperti yang kita lihat sekarang sejak Perang Dunia II, pada waktu itu banyak yang harus bekerja dan meninggalkan rumah, sehingga demi alasan kepraktisan mengganti gaun panjang yang biasa dikenakan.

Ah, barangkali Macron perlu melihat kembali foto nenek buyutnya!

Jakarta, 4/9/2023

(Uttiek)

Baca juga :