"Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauhulmahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah."
"(Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Al Hadid: 22-23)
"Ketahuilah, bahwa apa-apa yang terlepas darimu, bukanlah bagianmu. Dan apa-apa yang menjadi bagianmu, tidak akan terlepas darimu." (H.R. Tirmidzi dan Ahmad)
***
Bukankah ketika kita melihat masa lalu dengan kekecewaan, penyesalan, dan penuh ucapan "andai saja dulu...", itu adalah sebuah siksaan? Kata Rasulullah, mengatakan "andai saja" itu adalah pintu masuk syaitan.
Kenapa bisa begitu? Karena kita menjadi tidak bersyukur karena ucapan itu. Padahal itulah tujuan iblis: membuat manusia menjadi tidak akan bersyukur kepada Allah, dan mati bukan sebagai hamba yang bersyukur.
"Kemudian, pasti aku (iblis) akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (Q.S. Al-A'raf [7] : 17)
Dengan ucapan "andai saja...", iblis memakaikan kita sebuah kacamata kuda. Kita dibuat fokus hanya pada apa-apa yang luput dari tangan—yang memang sejak awal tidak ditetapkan untuk kita—bukannya memperhatikan apa-apa yang sudah Allah sampaikan ke tangan kita saat ini.
Dengan mengimani bahwa segala sesuatu yang sudah kita alami itu sudah dituliskan sebelumnya, maka hati menjadi tenang. Pikiran kita tidak lagi berangan-angan, "andai dulu begini, andai dulu begitu." Hati tidak lagi berisi kekecewaan dan penyesalan terhadap masa lalu.
-Herry Mardian-