Semesta Adalah Sistem Operasi
Alam semesta bagaikan sistem operasi yang sangat hebat. Cara kerja sistem operasi ini kemudian ditulis dan dibukukan oleh para fisikawan. Hakikat rumus-rumus fisika tak lain hanyalah buku bahasa pemrograman yang membuat pengguna semesta tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Para ilmuwan tak ubahnya seperti para programer yang membuat berbagai program sesuai dengan bahasa pemrograman sistem operasi semesta ini.
Sama seperti programer aplikasi untuk Android, kerjaan mereka hanyalah membuat satu aplikasi yang bisa berjalan di Android dan berguna sesuai aturan bahasa pemrograman yang dimengerti oleh Android. Pekerjaan para saintis juga demikian, hanya membuat produk ilmu pengetahuan yang berguna sesuai aturan bahasa alam semesta (fisika). Bila aplikasi atau produk itu dibuat sesuai dengan aturan sistem operasi, maka ia akan berjalan. Bila tidak sesuai, maka akan gagal.
Dari hal ini kemudian muncul pertanyaan: Kalau aplikasi (WhatsApp, TikTok, dll) dibuat oleh programer, maka sistem operasi seperti Android, Windows, linux dan lain sebagainya apakah tidak ada yang membuat? Apakah aturan-aturan dasar itu bukan sebuah rancangan?
Mereka yang akalnya waras pasti menjawab bahwa Sistem Operasi (Android, Windows, linux dll) pun ada programer yang merancang. Bahasa pemrograman yang rumit itu pun dibuat oleh seorang programer, tidak ada begitu saja atau bisa dikata pokoknya begitu.
Namun sayang, dunia ini selalu memproduksi orang-orang yang tidak berakal. Ada yang bilang bahwa semesta ini tidak ada yang membuat alias tanpa desainer. Bahasa pemrograman semesta yang ada dalam buku-buku fisika dikiranya pokoknya berjalan begitu saja, tanpa nalarnya mampu berpikir lebih jauh bahwa setiap desain pasti ada desainernya. Mereka ini yang kita sebut sebagai ateis.
Mereka, para ateis yang saintis itu, sama seperti seorang programer aplikasi Android yang bisanya hanya membuat apk sesuai bahasa Android yang meyakini bahwa Android itu sendiri tidak ada yang membuat. Pokoknya sudah begitu, maka harus ditulis dengan kode begitu. Sesederhana itu saja pikirannya.
Yang bukan saintis malah lebih parah, mereka tidak sadar bahwa Android adalah sistem operasi, tahunya hanya pakai WhatsApp dan berjoget di tiktok sambil masa bodoh apa aplikasi itu ada yang membuat atau tidak. Anehnya, mereka menyangka dirinya cerdas.
(Abdul Wahab Ahmad)