Peta Politik Terbaru
Oleh: Erizal
Setidaknya, ada lima (5) perkembangan situasi politik menjelang Pilpres 2024, usai Golkar dan PAN resmi bergabung dengan koalisi Gerindra dan PKB.
Satu, kedekatan Presiden Jokowi dan Prabowo sulit dibantah. Bukan hoaks. Nyata.
Bukan karena pidato Prabowo menyebutkan itu pada saat bergabungnya Golkar dan PAN, tapi juga karena proses bergabungnya Golkar dan PAN itu terkesan tiba-tiba. Artinya, disebut atau tidak, akhirnya orang juga akan berpikir ke situ.
Kedua, koalisi Gerindra, PKB, Golkar, dan PAN, yang disebut Koalisi Besar adalah koalisi yang rapuh. Terutama, dalam penentuan Cawapres. Jangankan empat partai besar, dua partai saja sudah kesulitan. Koalisi ini akan sulit berlanjut. Belum titik, masih koma. Masih akan diuji.
Ketiga, PDIP merasa terpojok. Istilah saya merasa dikeroyok. Panik sendiri. Tiba-tiba saja Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, menyatakan food estate program Jokowi sebagai kejahatan lingkungan. Ini kritikan serius. PDIP mengepoh.
Oh, bukan. Yang dikritik, diserang PDIP bukan program Jokowi, melainkan hanya pelaksana, praktik. Menhan Prabowo. Prabowo dianggap mengambil keuntungan pribadi dari program ini. Kok bisa? Kok Presiden Jokowi bisa absen? Ini peta politik terbaru yang mesti diwaspadai.
Keempat, koalisi Anies seperti terabaikan. Soal desakan Demokrat, belakangan juga PKS, agar Anies mengumumkan Cawapres tak diacuhkan lagi. Konon hari ini Anies akan mengumumlkan Cawapres. Tapi, publik dingin² saja. Apa masih bisa di luar nama AHY? Kiranya sudah terkunci.
Kelima, Presiden Jokowi seperti cuci tangan. Bahkan, terlihat saat pidato di hadapan Sidang Umum MPR, peringatan HUT RI ke-78, kemarin. Istilah cawe-cawe yang pernah dipakai seperti dihapus sama sekali. Pelan-pelan, cara "main" Presiden mulai terbaca. Ya, Ojo kesusu itulah.
(*)