[PORTAL-ISLAM.ID] Nenek tua ini (Mahbuba Siraj) adalah salah satu aktivis feminis terkuat yang tersisa di Afghanistan. Pemberitaan media Barat terkait perempuan yang menyudutkan Taliban banyak mengambil sumber darinya.
Mahbuba mendatangi jubir Taliban Zabihullah Mujahid untuk mengajukan protes mengapa anak perempuan baligh dilarang bersekolah sampai hari ini.
Zabihullah Mujahid adalah penghubung langsung antara masyarakat dan pemimpin spiritual (penguasa tertinggi) Taliban yang jarang muncul ke publik.
Mahbuba Siraj berargumen, banyak Ulama Islam yang mendesak agar anak perempuan bisa segera bersekolah, menurutnya Ulama Islam bukan cuma dari pihak Taliban.
Tapi menurut Mujahid, pelarangan anak perempuan bersekolah saat ini adalah keputusan pemimpin tertinggi Taliban yang didukung Ulama setempat.
Jika kebijakan tidak diambil berdasar bimbingan Ulama, maka Afghanistan bisa jatuh dalam perang saudara lagi.
Argumennya: sistem yang ada masih melanggar syariat Islam dan kurikulumnya mengajarkan ideologi asing yang bertentangan dengan Islam. Selain itu anak-anak perempuan diarahkan pada pekerjaan tak seharusnya dan tidak berguna.
Jika semua syarat dipenuhi, maka sekolah bagi anak perempuan akan dibuka lagi seutuhnya.
(NB: Sekolah perempuan yang dilarang di sini tidak mencakup Madrasah Islam bagi perempuan, dimana tak pernah dilarang)
Yang unik dari Afghanistan, kalangan "liberal"-nya sekalipun tidak mau dikatakan mereka menentang syari'at Islam, dan masih berargumen dengan pendapat Ulama lain yang sesuai ideologinya.
Taliban secara resmi melarang bentuk demonstrasi dan pengerahan apapun yang menentang kebijakan pemerintah. Namun sebagai pengganti saluran aspirasi, siapapun boleh mendatangi pemerintah untuk menyampaikan apapun.
Mau marah, mau protes, mau menentang semua dipersilahkan asal lewat saluran resmi pemerintah.
Selain Mahbuba, Mujahid juga didatangi oleh kelompok pengusaha yang kesal karena Taliban menaikkan pajak impor 10x lipat.
Berbicara dengan Mujahid dianggap lebih efektif daripada Perdana Menteri sekalipun, karena ia punya akses langsung dengan pemimpin spiritual (pemimpin tertinggi Taliban) yang bisa mengubah kebijakan dalam hitungan jam.
[Pega Aji Sitama]