Menyoal Rencana Pembangunan Kawasan Mandiri dan Patung Raksasa Sukarno di KBB Senilai Rp 10 Triliun
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, menyebut pembangunan kawasan Kota Mandiri yang di dalamnya terdapat patung raksasa Sukarno akan dimulai tahun depan.
Bupati Henky Kurniawan mengatakan anggaran yang digelontorkan untuk proyek itu diperkirakan mencapai Rp 10 triliun lebih karena Kota Mandiri tersebut diproyeksikan sebagai pusat bisnis berkelas internasional dengan permukiman ramah lingkungan.
Akan tetapi sejumlah pihak dari mulai mantan Menteri Agama hingga pakar tata kota mengkritik rencana itu karena dianggap tidak ada urgensinya dan hanya buang-buang duit.
Sejauh mana progres pembangunannya?
Patung Sukarno setinggi 100 meter di atas lahan seluas 1.270 hektare ini berada di kawasan perkebunan Walini yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VIII di Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Lokasi tersebut rencananya bakal disulap menjadi Kota Mandiri atau Kota Walini Raya yang diproyeksikan menjadi pusat bisnis berkelas internasional dengan permukiman ramah lingkungan dan pariwisata yang saling terintegrasi.
"Konsepnya nanti ada objek wisata, kemudian ada perkantoran, kemudian ada juga properti residensial. Jadi ada perumahan dengan pariwisata dan kantornya," jelas Bupati Bandung Barat, Henky Kurniawan, seperti dilansir Kompas.com (20/8/2023).
Berapa anggaran yang dikeluarkan?
Duit untuk pembangunan Kota Mandiri beserta patung Sukarno ini disebut diperkirakan mencapai Rp10 triliun sampai Rp20 triliun dan klaimnya, murni investasi dari pihak luar yakni konsorsium Ciputra dan PTPN VIII - sehingga harus dibantu perizinannya.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Bandung Barat, Maman Sulaeman, menuturkan bahwa pembangunan proyek ini akan dimulai tahun depan setelah proses perizinan rampung.
Sejauh ini kajian kontur serta kelaikan lahan sedang berjalan agar aman dari potensi bencana alam dan gempa bumi.
"Untuk kajian dengan LIPI, ITB sudah finalisasi. Kemarin dimulai analisis dampak lingkungan (amdal) dan sekarang sedang proses perizinan kalau Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) sudah keluar," ujar Maman.
Menurut pemkab Bandung Barat, mereka akan melakukan sosialisasi terlebih dahulu ke masyarakat sekitar agar proyek berjalan lancar.
Adapun lokasi patung itu persis di lahan yang semula akan dijadikan Transit Oriented Development (TOD) Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang batal karena dipindahkan ke Stasiun Padalarang.
"Awalnya patung itu akan berdiri tapi jadi duduk karena terlalu tinggi jadi bisa mengganggu lintasan penerbangan dan menelan biaya lebih besar," ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Bandung Barat, Maman Sulaeman.
Mengapa diprotes?
Di media sosial pembangunan patung Sukarno raksasa ini menuai polemik.
Sejumlah warganet ada yang menyebut proyek tersebut tidak ada urgensinya.
Seperti yang ditulis mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di akun twitternya @lukmansaifuddin, "Sebagai pengagum Bung Karno dan dengan segala dan sebesar-besarnya takzim saya kepada beliau, saya mempertanyakan urgensi pembangunan patung beliau dengan biaya sebesar itu."
Kemudian ada juga akun @RidhoBudiman16 yang berkata, "Serius tanya, apakah manfaat patung ini untuk rakyat dan masyarakat Bandung?"
Ada juga akun @Stevanliu yang mencuit, "Kita hormat dengan pendiri RI tetapi jangan semua dibangun patung, lebih baik uang segitu untuk program kesejahteraan atau pembangunan transportasi publik."
Kritik pakar tata kota
Pakar tata kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Denny Zulkaidi, juga mempertanyakan urgensi pembangunan patung raksasa Sukarno.
Menurut dia untuk menjadi Kota Mandiri maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah keberadaan lapangan pekerjaan agar menghidupkan kawasan tersebut. Setelah itu, baru membangun perumahan.
"Kalau patung makan biaya, apa manfaatnya? Untuk selfie aja? Saya tidak menganggap patung akan jadi daya tarik utama," jelas Denny Zulkaidi kepada BBC News Indonesia, Jumat (18/8/2023).
"Kalau patung itu salah satu daya tarik mungkin bisa dipertimbangkan. Tapi kalau satu-satunya apa ya orang mau datang? Paling lihat-lihat aja selesai, tidak akan lama menghabiskan waktu di sana."
Sepengetahuannya lokasi bekas perkebunan teh tersebut tadinya bakal dibangun kampus ITB namun batal lantaran tak ada kesepakatan.
Kemudian akan menjadi lokasi TOD Kereta Cepat Jakarta-Bandung, tetapi lagi-lagi batal.
Baginya investor dan Pemkab Bandung Barat harus mencari gagasan baru yang tidak hanya menjual patung raksasa Sukarno untuk menjadi daya tarik Kota Walini Raya.
Semisal membangun universitas, lembaga penelitian, atau hotel.
"Kalau ada itu mungkin akan hidup daripada dibuat patung setinggi itu," tandasnya.
(Sumber: KOMPAS)