[PORTAL-ISLAM.ID] Hidayah sangat mahal harganya, lebih mahal dari dunia seisinya. Karena dengan hidayah itulah jalan kehidupan kita di akhirat ditentukan. Akankah kita menjadi manusia beruntung ataukah merugi.
Bersyukur sekali hidayah menyapa Pak Bambang (bukan namas asli) di usianya yang sudah senja. Sebuah anugrah tak terkira di masa tuanya.
Dulu Pak Bambang adalah seorang muslim. Lahir dan tumbuh besar dalam keluarga muslim. Tapi godaan wanita membuatnya rela melepas imannya.
Saat muda dulu Pak Bambang jatuh cinta dengan seorang gadis non muslim. Cinta membuatnya buta. Pesona gadis itu membuatnya tak bisa berfikir jernih.
Ternyata cinta Pak Bambang tak bertepuk sebelah tangan. Tapi ada satu syarat dari gadis itu agar mereka bisa hidup bersama. Yaitu Pak Bambang harus mengikuti agamanya.
Pak Bambang begitu hanyut akan pesonanya. Serasa tak bisa hidup jika tak mendampingi gadis pujaan hatinya. Akhirnya Pak Bambang melepas keyakinan lamanya demi bisa menikahi gadis impiannya. Sejak itu Pak Bambang murtad.
Hari demi hari dilaluinya. Mereka mengarungi bahtera rumah tangga selama puluhan tahun. Buah hati terlahir beberapa orang.
Tapi ada keresahan batin yang dialami Pak Bambang. Jiwanya gelisah dalam agama barunya. Dia tidak merasakan kedamaian. Meski sudah hidup berdampingan dengan gadis pujaan hatinya, tapi serasa ada yang hilang.
Di masa tuanya, kegelisahan itu mencapai puncaknya. Ada bisikan hati yang mengajaknya kembali ke agama Islam kembali. Dan pertarungan batin itu diakhiri dengan kemenangan Pak Bambang.
Alhamdulillah dua tahun silam, hari Senin 2 Agustus 2021, Pak Bambang kembali dalam pangkuan Islam. Dia beserta anaknya bersyahadat. Menyatakan keimanan kepada Alloh dan juga Rasululloh. Kembali dalam barisan kaum muslimin.
Meski syahadat ini berakibat pada perceraian, tapi Pak Bambang tidak mundur. Dia lebih memilih keimanan pada Alloh dan Rasul daripada istrinya.
Istrinya tetap memilih keyakinannya, tidak mau mengikuti Pak Bambang. Bahkan kini istrinya sudah menikah lagi.
Sungguh tidak mudah perjalanan Pak Bambang dalam kembali ke pangkuan iman Islam. Harus memilih antara istri ataupun iman. Dan dia mengikuti kata hatinya, lebih memilih Islam. Berharap bisa menebus dosa-dosanya yang telah lalu.
Kini dia hidup mengikuti keluarga anaknya. Berharap bisa mengisi masa tuanya dalam kedamaian. Berharap bisa mengeja kembali rangkaian huruf hijaiyah yang telah lama ditinggalkannya. Berharap bisa bersujud panjang memohon ampunan atas kekhilafannya.
Ketika tim Mualaf Center Kab Semarang memberikan muslim kit dan sedikit tali asih, Pak Bambang menangis terharu. Merasa bahagia ada saudara sesama muslim yang perhatian. Kamipun terharu karena bingkisan yang tak seberapa itu bisa membuatnya bahagia.
Sungguh beruntung Pak Bambang, diberikan hidayah di penghujung usianya. Semoga bisa istiqomah hingga akhir hayat, aamiin...
Widi Astuti
(Mualaf Center Semarang)