Oleh: Erizal
Besok, sudah September ceria. Seperti bulan-bulan sebelumnya, belum ada kemajuan. Capres-capres yang disebut-sebut namanya belum ada Cawapres. Sempat tegang pasca Golkar dan PAN merapat ke Prabowo. Pasca itu, reda lagi. Mulai dari nol.
PDIP sempat beraksi keras karena kedekatan Jokowi dengan Prabowo, tapi karena Jokowi yang bereaksi, bukannya Prabowo, PDIP mulai melunak juga. Jokowi pun mulai bermanuver lagi memberi sinyal buat Ganjar. Tak hanya kepada Prabowo.
Kemarin, malah, Jokowi, Prabowo, dan Ganjar, jalan bareng di Jateng. Jokowi membuat akrab Prabowo dan Ganjar, di publik. Kalau nanti tak bisa berpasangan, minimal tak saling serang. Tapi, pendukung keduanya masih saling klaim.
Koalisi Anies yang diprediksi bakal bubar pun, ternyata keliru. Demokrat dan NasDem yang saling serang, ternyata baik-baik saja. Malah makin solid. Minimal, mulai reda pasca Anies dan tim 8, menemui Surya Paloh, SBY, dan Salim Segaf.
Pertengahan September atau awal Oktober, di hari-hari pendaftaran Capres-Cawapres semakin dekat, mungkin ada kemajuan. Dan bisa jadi, situasi mulai mengeras lagi. Penyebabnya bisa banyak. Keberpihakan Presiden paling disorot. Ojo kesusu yang diterapkan sudah tak laku lagi.
Tentu, Pilpres tak sekadar Pilpres. Di balik itu, terlalu banyak yang diperebutkan. Karena itu juga, terlalu banyak yang dijanjikan. Janji-janji itu adalah bungkus dari apa yang diperebutkan itu.
(31/8/2023)