HARTA PALESTINA UNTUK KEMERDEKAAN INDONESIA
“Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia.”
Kalimat dramatis yang diucapkan Muhammad Ali Taher itu tercatat dalam buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh M. Zein Hassan Lc. yang merupakan Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia (wadah perjuangan diplomasi revolusi kemerdekaan Indonesia di luar negeri).
“Suatu hari ia menarik saya ke Bank Arabia dan mengeluarkan semua uangnya yang tersimpan di bank itu dan memberikan pada saya tanpa meminta tanda bukti penerimaan,” ungkap Zein Hassan dalam kesaksiannya.
Siapakah Muhammad Ali Taher, “malaikat” yang namanya tak tercatat dalam buku-buku sejarah Indonesia itu?
Muhammad Ali Taher adalah seorang raja media dan saudagar kaya asal Palestina yang tidak ragu-ragu membantu perjuangan Indonesia.
Muhammad Ali Taher lahir pada tahun 1896 di Nablus, kota di Tepi Barat bagian utara, sekitar 49 kilometer utara Yerusalem, Palestina.
Nablus merupakan pusat perdagangan dan budaya Palestina. Ayah Muhammad Ali Taher bernama Aref Eltaher dan ibunya Badieh Kurdieh.
Muhammad Ali Taher merupakan salah satu dari tujuh bersaudara -tiga perempuan dan empat laki-laki. Keluarganya berasal dari marga Jaradat, yang tersebar di seluruh Palestina bagian utara.
Termasuk keturunan Juhayna, salah satu marga terkenal di Arab Saudi.
Muhammad Ali Taher pindah ke Mesir pada Maret 1912, pertama kali tiba di Port Said sebelum menetap di Kairo.
Memulai karier sebagai jurnalis di surat kabar Fata Al Arab yang berbasis di Beirut.
Dia pernah menulis artikel yang memperingatkan niat gerakan Zionis untuk membangun negara Yahudi di Palestina.
Muhammad Ali Taher kemudian menerbitkan surat kabar miliknya sendiri dan semasa hidupnya punya tiga surat kabar, yaitu Ashoura, Al-Shabab, dan Al-Alam Al-Masri.
Muhammad Ali Taher adalah salah satu tokoh Palestina yang sangat mencintai Indonesia dan dekat dengan para pemuda pejuang Indonesia di Timur Tengah.
Kedekatannya dengan para pelajar Indonesia di Timur Tengah membuatnya tak segan memberikan seluruh isi rekeningnya. Ia begitu mempercayai para pelajar Muslim Indonesia yang tengah studi di Mesir kala itu.
Muhammad Ali Taher sangat aktif melobi negara-negara di Timur Tengah yang sudah merdeka dan berdaulat di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
Salah satu bukti kesetiaan Muhammad Ali Taher kepada Indonesia adalah ketika ia merelakan semua kekayaannya untuk mendukung Indonesia saat menghadapi Agresi Militer II Belanda pada tahun 1948.
Dia memberikan semua uangnya yang tersimpan di Bank Arabia kepada Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, Mohamed Zein Hassan, tanpa meminta tanda bukti penerimaan.
"Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia," kata Muhammad Ali Taher kepada Mohamed Zein Hassan.
Uang yang begitu besar itu diserahkan melalui Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia itu.
Ia paham betul bahwa sesama Muslim adalah saudara. Ibarat tubuh, bila ada satu yang terluka, maka semua ikut merasakan sakitnya.
Karenanya, ia mendirikan Kantor Informasi Arab Palestina dan Komite Palestina di Kairo, Mesir, tahun 1921 yang diberi nama Dar Ashoura.
Kantor itu membuka pintunya lebar-lebar pada pemuda-pemuda pejuang Muslim dari seluruh dunia untuk mendapatkan bantuan dana hingga suaka.
Di antara sejumlah Pahlawan Nasional yang pernah mengunjunginya adalah Wakil Presiden Mohammad Hatta, Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim, Menteri Agama pertama HM Rasjidi dan para pelajar Indonesia di Timur Tengah.
Ia juga aktif menyebarkan informasi tentang kemerdekaan Indonesia ke pihak-pihak yang berpengaruh. Seperti Mufti Palestina saat itu yang berada di pengasingan di Jerman, Syekh Muhammad Amin Al Husaini.
Syekh Al Husaini lalu membuat pernyataan secara terbuka melalui radio dan media berbahasa Arab tentang dukungannya pada kemerdekaan Indonesia pada 6 September 1944.
Bersama Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, Muhammad Ali Taher aktif melobi negara-negara Timur Tengah di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
Hingga akhirnya Mesir menjadi negara pertama di Timur Tengah yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Berita tentang kemerdekaan Indonesia itu selama dua hari berturut-turut dimuat di harian Al Ahram-Mesir yang terkenal sangat selektif dalam menurunkan berita.
Penghargaan
Atas jasanya yang besar bagi Indonesia, Muhammad Ali Taher mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Soeharto pada tahun 1973.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan dan penghormatan atas jasa-jasa luar biasa dalam membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Muhammad Ali Taher meninggal dunia pada tahun 1974 di Kairo, Mesir, dalam usia 78 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga Eltaher di Nablus, Palestina.
Muhammad Ali Taher adalah sosok yang patut dicontoh dan dihormati oleh bangsa Indonesia.
Dia telah menunjukkan solidaritas dan kepedulian yang tinggi terhadap nasib bangsa lain yang sedang berjuang untuk merdeka.
Bila hari ini kita bisa merayakan Hari Kemerdekaan dengan gegap gempita, jangan lupa ada pengorbanan dan bantuan dari saudara-saudara kita di Palestina.
Dirgahayu Indonesia!
Jakarta, 16 Agustus 2023
(By Uttiek)