[PORTAL-ISLAM.ID] Beberapa hari terakhir, pengamat politik Rocky Gerung menjadi perbincangan masyarakat Indonesia usai melontarkan kritiknya kepada pemerintah Indonesia dalam sebuah acara Seminar dan Konsolidasi Akbar Sejuta Buruh di Kota Bekasi, Jawa Barat.
Bahkan, filsuf asal Manado, Sulawesi Utara tersebut dilaporkan ke Badan Reserse Kriminal Polri oleh DPP PDIP atas dugaan tindak pidana ujaran kebencian dan hoaks terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Tak lama setelah kasus kritik Rocky Gerung tersebut memanas, di media sosial Twitter beredar sebuah potongan video tentang Faisal Basri yang turut mengkritik kebijakan pemerintah Indonesia.
“Ini bukan Rocky gerung tapi Faisal Basri. T**OL,” tulis keterangan unggahan pada akun bernama @anto****.
Setelah ditelusuri, video yang viral di Twitter tersebut merupakan potongan dari acara diskusi publik yang dihadiri oleh beberapa ekonom Indonesia, salah satunya Faisal Basri.
Video tersebut diunggah pada kanal YouTube ASANESIA TV pada 21 Oktober 2022. Video dengan judul ‘LIVE | Diskusi Publik Seri 1: Indonesia dan Ancaman Krisis Ekonomi Global’.
Pada kesempatan itu, Faisal Basri mengkritik kebijakan Presiden Jokowi tentang ekspor bijih nikel.
Menurut dia, Jokowi menyamakan bijih nikel dengan bijih timah. Sejak dulu, ekspor bijih timah sudah dilarang di Indonesia. Tetapi, Jokowi justru akan melarang ekspor ingot, batang timah yang sudah 70 persen jadi.
“Jadi yang mau kita ekspor itu timah batangan, itu yang mau dilarang. Kalau dilarang, Aneka Tambang (Antam) mau nyalurin kemana tuh? Belum ada industri, cuma lima persen,” ucap Faisal Basri pada menit 2:14:00 di video tersebut.
Menurut dia, orang yang paling merugikan keuangan negara adalah Jokowi.
Seharusnya, kata Faisal, jadi presiden itu perlu terukur, kelembagaannya diatur, dan dicek terlebih dahulu keuntungan dan kerugiannya oleh lembaga keuangan negara saat akan memutuskan sesuatu.
“Sebelum Pak Jokowi memutuskan, Bappenas dulu sebagai tangan kanannya. Ini enggak ada yang lewat Bappenas, kereta cepat nggak lewat Bappenas, jadi Pak Jokowi jangan asal ngomong,” kata dia.
Faisal mengungkapkan jika 95 persen bijih nikel di Indonesia digunakan untuk perusahaan-perusahaan dari China. Adapun bijih nikel yang pada awalnya belum memiliki harga tersebut dijual sebesar 34 dolar oleh pemerintah Indonesia. Padahal, di Shanghai sendiri kata Faisal, bijih nikel itu dijual dengan harga 80 dolar.
“Sembilan puluh persen produknya diekspor ke China, bebas bayar pajak 30 tahun, tolol itu namanya,” kata Faisal.
Ekonom senior itu melanjutkan jika dia telah memberitahu kerugian dari ekspor bijih nikel Indonesia ini ke berbagai pihak. Bahkan, argumennya sempat masuk dalam pembahasan sidang kabinet.
“Tetapi masih dipidatokan lagi, ‘wah kita dapat rezeki nomplok Rp 450 triliun’. Kebohongan luar biasa itu. Kita ‘kan masyarakat Indonesia, China yang dapet Rp 450 triliun-nya itu. Jadi jangan main-main ngurus negara Pak Jokowi,” ujarnya.
Bagi Faisal, hal yang dilakukan oleh Jokowi melalui kebijakannya sudah keterlaluan.
Dia juga mengatakan jika yang dirusak oleh Jokowi bukanlah karena korupsi atau KKN seperti pada zaman Soeharto. Tetapi, kata dia, yang dirusak oleh Jokowi adalah fondasi dalam bernegara.
“Jadi harus dilawan, semua orang bisa lihatlah, ada yang beres nih lembaga-lembaga negara?” ucap dia.
[VIDEO]