Di Bawah Kubah Itu

Di Bawah Kubah Itu

By @edgarhamas

Faktanya, tidak ada nabi dan rasul yang pemakamannya terletak secara otentik dan pasti. Begitulah yang diteliti salah satu guru kami yang mengambil S2 Aqidah di Universitas Islam Madinah. Kecuali satu, Nabi terakhir, manusia sempurna, cahaya di muka bumi; ialah Rasulullah, yang Madinah berbahagia dapat menyimpan jasad sucinya. Shallallahu alaihi wa sallam.

Di bawah kubah hijau itu -Qubbatul Khadra’ namanya- bersemayam jasad utusan terakhir, yang ketika lahir malam benderang seakan siang, mengguncang bumi dan “terpadamlah biara api majusi, runtuhlah istana Kisra Parsi, Mekkah diterangi cahaya putih”, kata nasyid Raihan.

Beliau hadiah untuk umat manusia, bahkan untuk semesta raya. Senyumnya menyegarkan padang pasir, sabdanya menghangatkan ketika badai dingin. Lakunya adalah Al Qur'an berjalan. Di bawah kepemimpinan beliau, bangsa arab bersatu untuk pertama kalinya. Di bawah didikan beliau, lahirlah generasi terhebat sepanjang masa.

Di bawah kubah itu, bersemayam juga jasad dua sahabatnya. Sang Abu Bakr yang Shiddiq, dan Sang Umar yang Al Faruq. Dua khalifah yang melebarkan sayap-sayap Islam ke penjuru mata angin. Ulama yang Umara’, bersujud khusyu di malam hari, dan segagah singa ketika bertempur.

Karena jasad-jasad suci di bawah kubah itulah, dunia bisa bertahan. Bertahan dari kehancuran. Jika tanpa Islam, masihkah bertahan kemanusiaan? Masihkah ada keadilan dan kedamaian? Mungkin mereka yang melihat ke Timur dan Barat akan mengatakan; dunia akan lebih baik tanpa Islam.

Maka aku katakan pada mereka; kedamaianmu palsu, kemakmuranmu palsu, kemajuanmu palsu. Tanyakan pada hati nurani mereka, sejatinya mereka sedang menghitung mundur akhir peradabannya. Keangkuhannya saja melonjak untuk menutupi keringat dingin mereka.

Allahumma shalli ala Muhammad. Bangkitlah tentara Muhammad, masih ada narasi besar yang harus kita selesaikan. Narasi jasad mulia yang bersemayam di bawah kubah itu.

(*)
Baca juga :