SERAT YUSUF
Serat Yusuf adalah salah satu koleksi tua dari Museum Radya Pustaka Solo, yang ditulis oleh Juru Tulis Pamijen Kasepuhan Kraton Mataram Kartasura tahun 1729 M aras perintah Kanjeng Ratu Mas Balitar, Permaisuri Pakubuwono I, seorang pengikur tarekat Syattariyah.
Digubah dalam bentuk tembang dengan tembang pembuka Asmarandana. Santri Pristac Depok kalau melakukan kunjungan ke Solo, selalu saya ajak untuk mendengarkan langsung kisah tentang Serat Yusuf ini dari pak Totok Yasmiran, filolog Museum Radya Pustaka.
Serat Yusuf ini berkisah tentang perjalanan Nabi Yusuf sebagaimana yang diceritakan Al Qur'an dengan berbagai sisipan pengajaran tentang aqidah, pranata kehidupan, firasat ghaib dan masih banyal hal.
Dan di masa lalu, Serat inilah yang banyak buat kultur dan tradisi kejawen seperti tradisi mitoni dalam kehamilan orang Jawa. Juga pembagian mimpi dalam masyarakat Jawa menjadi Titiyoni, Gondoyoni dan Puspatajem. Mimpi Nabi Yusuf berkarakter Puspatajem.
Banyak orang yang salah paham terhadap aneka tradisi kejawen dikarenakan ketidaktahuannya akan sejarah. Kebanyakan mengira bahwa kejawen adalah peninggalan Hindu Buddha, padahal istilah kejawen itu muncul pasca Islamnya orang Jawa.
Karena itu, Dr. Simuh membagi kepustakaan Islam di Jawa sebagai kepustakaan Islam santri yang berbasis huruf Arab Pegon dan kepustakaan Islam kejawen yang berbasis huruf Jawa Carangan. Beda basis huruf tetapi sama-sama kepustakaan Islam.
Dan kepustakaan Kraton Radya Pustaka adalah kepustakaan Islam kejawen dimana aneka tradisi dalam masyarakat Jawa dirumuskan dan ditumbuhkan.
Meski demikian, masyakat tidak sepenuhnya bisa disalahkan atas kekeliruan pandangan mengenai kejawen ini. Sebab ini adalah kekeliruan yang direncanakan oleh para misionaris dan indolog di era kolonial.
Jadi ketika ada teman pelapak buku menawarkan hasil kajian Serat Yusuf ini, tanpa pikir panjang langsung saya ambil. Alhamdulillah, rejeki anak kalem, pendiam dan sesuai fitrah. 😋
(By Arif Wibowo)