[PORTAL-ISLAM.ID] Seorang ustadz sedang mendapatkan ujian. Pernikahan ke-duanya menimbulkan masalah. Kasusnya berkembang menjadi viral di media sosial. Istri ke-dua membangun narasinya. Sang ustadz memilih untuk membela istri barunya. Sementara istri pertama menjadi pihak yang tersalahkan.
Belakangan publik membela istri pertama dan menyalahkan sang ustadz dan istri ke-duanya.
Saking menggegerkannya, ustadz sepuh maupun ustadz muda yang merupakan murid-muridnya harus turun tangan. Sebuah upaya ishlah yang mengagumkan. (link)
Saya telah mengetahui nama ustadz tersebut sejak hampir dua puluh tahun yang lalu. Bahkan ada grup WA yang mempertemukan kami. Meski demikian saya hanya mengambil faidah dari ilmunya dalam satu atau dua kesempatan saja. Pertemuan terakhir malah ketika di Masjid Nabawi. Di tempat beliau menikah untuk kali ke-dua tersebut. Saya menyapa beliau dan berbincang sejenak, sebelum ada ustadz lain, yang pernah mengajar saya di sebuah kampus, menyapa beliau dan membincangkan tentang sebuah makalah. Senang saja melihat perbincangan keduanya.
Menurut saya, kasus yang menimpa beliau ini manusiawi saja. Seorang ustadz tetaplah manusia biasa. Bisa salah dan bisa berbuat dosa. Akan tetapi kasusnya bukanlah amoralitas yang meruntuhkan wibawa keilmuannya. Melainkan kesalahan yang berangkat dari manajemen dan komunikasi yang kurang sempurna. Ditambah dengan sikap istri ke-dua yang punya kelemahan pribadi sehingga menciptakan masalah begini.
Hal ini tentu menimbulkan luka bagi jamaahnya. Bagi yang bukan jamaahnya, hal ini menarik untuk jadi bahan kepo-an. Bagi afilian yang berbeda, bisa jadi bahan gunjingan. Adapun saya, yang bukan muridnya, yang punya afiliasi dan pandangan berbeda, hanya ingin mengingatkan kita semua. Jaga nalar dan hati kita. Pikiran dan perasaan kita. Selanjutnya ucapan dan tulisan kita.
Kesalahan demikian adalah ujian yang bisa menimpa siapa saja. Tidak perlu ada gembira atas jatuhnya seorang hamba. Kita perlu bersyukur jika tidak mendapatkan ujian serupa. Lalu berdoa semoga Allah segera menguraikan perkaranya. Istri pertama perlu dibela. Adapun sang ustadz tetap layak untuk didengarkan ilmunya. Para pihak yang telah berupaya untuk melakukan perbaikan, layak untuk didorong keberhasilannya. Semoga Allah menyelamatkan kita semua.
(Anton Ismunanto)