Prabowo dan Rekonsiliasi Nasional
Oleh: Erizal
Prabowo sangat jelas menjanjikan, bila ia terpilih sebagai Presiden 2024 nanti, ia akan mengajak Capres kompetitor yang kalah, untuk bergabung dalam kabinet yang akan ia bentuk. Tapi bila Capres lain yang menang, ia tak tahu.
Dan bila ia yang kalah, Prabowo juga mengaku, bila ia diajak bergabung oleh Capres yang menang seperti ajakan dari Presiden Jokowi, ia juga akan ikut bergabung. Artinya, Pilpres 2024 ini bukanlah pertarungan hidup-mati bagi kita.
"Ini khas Indonesia," kata Prabowo. Negara lain tak punya ini. Unik. Dan Prabowo pencetusnya. Tak ada Pilpres sepanjang sejarah Indonesia, yang sekeras Pilpres 2019. Dan Prabowo layak digelari sebagai Bapak Rekonsiliasi Nasional.
Sebetulnya, ini berat bagi Prabowo. Bahkan, sangat berat. Dicap pengkhianat oleh kawan dan dicemooh oleh lawan. Dan sampai saat ini pun, tak habis-habis. Selalu ada yang bertanya. Meski pelan-pelan, ada yang mulai memahami.
Bulan Oktober diputuskan Prabowo masuk dalam kabinet Jokowi, bulan Maretnya dunia dihantam krisis besar, akibat covid 19. Banyak negara yang tumbang akibat covid 19. Tapi karena keputusan Prabowo, Indonesia selamat.
Indonesia lebih dulu bersatu secara politik, sehingga krisis kesehatan (covid 19) itu tak berubah menjadi krisis ekonomi dan politik yang parah. Kalau boleh dibilang, inilah jasa Prabowo yang mesti diingat. Bukan lagi cap pengkhianat atau cemoohan tak berdasar itu.
(*)