Ohhh ini Mars Romusha? Jargonnya 'Bekerja! Bekerja! Bekerja' kok mirip kayak nganu... 'KERJA KERJA KERJA'

[PORTAL-ISLAM.ID] Akun twitter @txtdarikorporat mengunggah video Mars Mars Romusha. 

"Selamat senin! Now playing: Mars Romusha - 1943," cuit akun @txtdarikorporat, Senin (10/7/2023).

Dalam video itu Mars Romusha dinyanyikan dua orang.

Yang menarik adalah jargonnya di Mars Romusha 'BEKERJA! BEKERJA! BEKERJA!'.

Kok mirip ya dengan semboyannya nganu 'KERJA... KERJA... KERJA...'   

Seperti diketahui, Rōmusha adalah kerja paksa pada masa kolonialisasi Jepang di Indonesia pada saat itu. 

Kerja romusha dengan tujuan agar rakyat Indonesia mau bekerja paksa yang diperlakukan secara kejam oleh tentara Jepang.

Propaganda yang dilakukan Jepang untuk membentuk barisan romusha yang bertugas membela negara dan membangun kemakmuran.

Istilah ini diserap dari kata rōmusha (労務者, buruh, pekerja, kuli).

Pada masa penjajahan selama perang pasifik, kerja romusa diperlakukan secara paksa dan kasar oleh Jepang. Kebanyakan romusa adalah petani, dan sejak Oktober 1943, pihak Jepang mewajibkan para petani untuk menjadi romusa. Mereka dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia serta Asia Tenggara. Jumlah romusa tidak diketahui secara pasti—dengan perkiraan berkisar antara 4 hingga 10 juta orang.

Kebijakan kerja paksa ini menyisakan ragam kisah kelam.

Dalam mempekerjakan pribumi, Jepang tidak mengindahkan sisi kemanusian. Rakyat dipaksa kerja dalam kondisi kelaparan dan sakit, hingga jatuh ribuan korban jiwa.

Di tengah kekejaman masa Romusha, muncul nama Soekarno yang digadang sebagai "mandor" dalam program kerja paksa tersebut. 

Istilah mandor yang dikaitkan dengan Soekarno dan Romusha mungkin dapat diartikan sebagai orang yang mengakomodasi, mengajak, mengirim, menarik rakyat dalam kerja paksa.

Atas sikap Soekarno tersebut, ia menerima ragam kritikan dan dituduh sebagai mandor dan sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas kesengsaraan rakyat akibat romusha.

Soekarno mengakui kebenaran tuduhan ini dalam biografinya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.

“Aku Sukarno yang mengirim mereka pergi bekerja. Ya, akulah orangnya. Aku mengirim mereka berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya, ya, akulah orangnya.” (Adams, 2019: 232).

Dalam pengakuan lebih lanjut, Soekarno menggambarkan penyesalan yang mendalam setelah ia meninjau para pekerja paksa di Banten yang bagai tengkorak hidup.

"Dan akulah yang memberikan mereka kepada orang Jepang. Rasanya mengerikan sekali, bukankah begitu? Ada orang yang mengatakan, rakyat tidak mau membaca ini, benar begitu? Yah, aku tidak marah kepada mereka. Tidak seorang pun yang suka kepada kebenaran yang menyedihkan," ujarnya, seperti dilansir KOMPAS.

[VIDEO]
Baca juga :