Mata-mata di Al-Andalus
Penguasa Kerajaan Kristen Kastilia mengirim seorang mata-mata ketika mereka ingin merebut kembali Andalusia dari kekuasaan Islam, agar dia memberi informasi tentang orang-orang Muslim untuk mengetahui keadaan mereka, kekuatan dan kelemahan mereka, sehingga orang² Kastilia itu dapat menyerang umat Islam pada waktu yang tepat.
Mata-mata itu masuk ke salah satu pasar dan bertanya kepada penjual tentang harga barang, lalu penjual berkata kepadanya,
"Dua dinar, saudaraku di toko sebelah sana ada yang memiliki barang yang lebih baik dariku." (tanda persaudaraan Islam begitu kuat)
Kemudian ia keluar dari pasar dan menemukan seorang anak kecil menangis dan anak lain yang menghiburnya. Ia bertanya kepada anak itu tentang sebab tangisanya, anak itu menjawab, "Aku melepaskan sembilan anak panah dan hanya satu yang tidak mengenai sasaran, sedangkan yang lain mengenai semua."
Mata-mata itu mengirim pesan kepada Raja mereka, berkata kepadanya,
"Tak mungkin kita menyerang mereka sekarang, karena di antara mereka ada seorang anak kecil yang menangis karena tidak mengenai satu anak panah dari sepuluh yang ia lepaskan." (itu tanda generasi Islam masih kuat).
Tahun demi tahun pun berlalu, dan raja Kastilia mengirim mata-matanya lagi. Ia masuk ke salah satu pasar dan bertanya kepada penjual,
"Berapa harga ini?"
Penjual menjawab,
"Sepuluh dinar."
Mata-mata itu berkata kepadanya,
"Namun, tetanggamu menjualnya dengan lima dinar."
Penjual menjawab,
"Tetanggaku menjual barang-barang yang rusak." (tanda kondisi masyarakat yang saling bermusuhan)
Kemudian ia keluar dari pasar, menemukan seorang pemuda menangis dan yang lain menghiburnya.
Ia bertanya kepada pemuda itu, "Apa yang membuatmu menangis, kisanak?"
Pemuda itu menjawab,
"Aku kehilangan saputangan kekasihku!" (ini tanda generasi mudanya sudah lemah oleh nafsu)
Mata-mata itu pun tertawa dan mengirim pesan kepada raja mereka, berkata,
"Lanjutkanlah (rencana untuk menyerang) dan jangan pedulikan mereka (sudah lemah kondisinya)."
Dengan begitu jatuhlah Andalusia dari tangan Islam yang telah berkuasa selama 7 abad (711 M - 1492 M)
(Alih Bahasa: Bayu Pamungkas)