[PORTAL-ISLAM.ID] Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yang juga pemilik Susi Air, Bu Susi Pudjiastuti kembali heboh setelah membongkar mengapa tarif tiket domestik lebih mahal ketimbang tarif internasional.
Cuitan Bu Susi ini kembali diserbu warganet yang sebagian besar menuliskan bahwa Bu Susi bukanlah KPK, yang justru malah meminta maaf setelah habis membuka kasus.
Bu Susi menulis di tweet, perihal tarif tiket penerbangan dalam negeri atau penerbangan domestik yang jauh lebih mahal. Ternyata ini menurut Bu Susi, disebabkan oleh karena banyaknya biaya-biaya serta economy scale-nya tidak cukup.
“(Penyebabnya) karena economy scale-nya tidak cukup. Kenapa?? Frekuensi tidak cukup, connectivity tidak bagus, biaya-biaya service yang tidak pakai prinsip service,” cuit Bu Susi di twitter.
Bu Susi menegaskan bahwa pada operasional penerbangan domestik terlalu banyak sekali biaya, antara lain biaya navigasi, biaya avtur, biaya landing dan biaya-biaya lainnya.
“Contoh, landing fee, groundhandling fee, navigation fee, coordination fee .... dan fee .. fee .. fee .. lainnya,” sambung Bu Susi lagi.
"Avtur yang mahal, lebih mahal dari luar negeri ...," tukas Bu Susi.
“Bali, airport landing feenya lebih mahal dari Selatar,” seloroh Bu Susi.
“Semua kelewat mahal dibanding tarif di negara lain. Akhirnya lebih baik tidak ada flight ketimbang dimurahkan atau dibebaskan dari biaya-biaya pendukung,” cuit Bu Susi menambahkan.
Menanggapi pemberitaan yang muncul mempertanyakan mengapa tarif tiket penerbangan domestik lebih mahal dari tarif pesawat ke luar negeri, membuat Bu Susi memaparkan penyebab mahalnya tarif tiket penerbangan domestik ini via twitternya.
Ulasan Bu Susi tersebut mengundang banyak komentar warganet. Salah satunya mengkritisi (di penerbangan domestik) terlalu banyak "middlemen".
“Terlalu banyak middlemen bu. Yg diserahin mengelola bandara menyerahkan lagi ke pihak lain untuk menyediakan sarana prasarana,” ungkap twitter akun @BforBAM menimpali cuitan Bu Susi.
“Pihak lain itu pun menggunakan pihak lainnya lagi yg cuma pinjam bendera nama usaha agar bisa masuk ke dalam,” sambung @BforBAM.
“Sama halnya dengan zone retail di bandara, rata-rata banyak yang ajaib judul dan jualannya. Kalo di bandara terbesar di negara ini, paling kesel lihat zone jemputnya, apa iya ga' bisa seleksi outlet atau brand yang lebih genah apa ya,” celotehnya.
Namun setelah beberapa menit memaparkan penyebab mengapa tarif ongkos domestik kelewat mahal tersebut, Susi kembali me-replay postingannya lalu menuliskan kata permintaan maaf.
“Mohon maaf untuk tweet saya dibawah ini,” beber Susi Pudjiaatuti, mantan menteri KKP yang terkenal dengan tagline 'Tenggelamkan' itu.
Menanggapi kata maaf Bu Susi tadi, akun @ariel_heryanto seolah berkelakar meminta Bu Susi agar jangan ikut-ikutan KPK.
“Wah, wah, wah,... Ga bahaya nih bu ? ? ?, Minta maaf ats fakta yg terjadi....Kayak yg 0N0,...,” tulis @O73K_OL turut berkomentar atas cuitan Bu Susi.
“Dimaafkan, besok besok tolong diperbanyak lagi reply-nya yang seperti ini buk, karna njenengan berbicara fakta,” sambut akun @vllue yang sepakat dengan postingan Bu Susi.[Uwrite]
Mohon maaf untuk tweet saya dibawah ini 👇🏼 https://t.co/cTjb2V6i0L
— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) July 29, 2023
Karena ekonomi scalenya tidak cukup. Kenapa???frekwensi tidak cukup, connectivity tidak bagus, biaya2 service yang tidak pake prinsip service. Contoh : landing fee, navigasi fee, groundhandling fee, kordinasi fee .. fee fee fee lainnya. Bali airport landing feenya lebih mahal…
— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) July 29, 2023