"Seorang lelaki datang pada Rasulullah saw untuk mengadukan saudaranya yang sulit memperoleh pekerjaan, sementara dirinya senantiasa rajin bekerja dan terpaksa harus menafkahi saudaranya itu.
Sabda Rasulullah, 'Sesungguhnya Allah memberimu pekerjaan adalah karena adanya saudaramu itu'."
(H. R. Tirmidzi, sanad sahih atas syarat Muslim)
***
Jadi, jangan merasa sedang menghidupi orang lain. Bisa jadi malah sebaliknya.
Ketika anak sudah punya pintu rezeki sendiri, bisa jadi Allah pun menutup pintu rezeki anak di orangtuanya. Makanya, setelah fase ini, rezeki orangtua pas-pasan aja.
Seorang ayah, jangan mentang-mentang, merasa dia yang menafkahi keluarga. Seorang ibu yang bekerja, juga sama. Pasti ada hak keluarga, anak, atau orang lain di sana.
Seorang anak yang menafkahi orangtua atau saudaranya, jangan merasa mereka jadi beban. Bisa jadi merekalah sebab Anda masih bekerja, naik gaji, karir lancar, naik pangkat, bisnis maju, dan seterusnya.
Intinya, jangan merasa apa yang Allah berikan lewat saya, adalah milik saya seluruhnya. Jerih payah saya. Keringat saya. Usaha saya. Saya, saya, saya.
Sangat mudah bagi Allah mengganti kran, kalau yang ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Kalau ada kran yang mengklaim airnya adalah kepunyaannya sendiri, bukankah itu absurd sekali?
(Herry Mardian)