Sudah berhenti pakai kartu kredit, tapi masih terima tagihan? Kok bisa?
Jadi begini ceritanya:
Dulu saya memang masih pakai kartu kredit. Karena saat itu pola pikir masih jahiliyah, dan belum takut pada dosa riba.
Awalnya, saya menganggap bahwa punya kartu kredit itu bergengsi. Pertanda bahwa kita kita orang kaya.
Namun dari ceramah seorang pengusaha muslim, pak Heppy Trenggono, saya akhirnya sadar bahwa punya kartu kredit itu justru pertanda miskin. Setidaknya, mental kita masih miskin.
Sejak saat itu, saya mulai mengurangi penggunaan kartu kredit. Hanya untuk keperluan yang sangat mendesak saja.
Nah, saat saya dikriminalisasi pada akhir September 2017 lalu, itulah wasilah dari berhentinya saya pakai kartu kredit.
Saat itu, kartu kredit saya di sebuah bank masih punya tagihan sekitar Rp 3,5 juta (lupa tepatnya berapa). Karena sedang ada uang, saya meminta keluarga untuk melunasi semuanya.
Jadi ketika akhirnya bebas pada November 2018, saya yakin sudah tidak punya tagihan kartu kredit. Apalagi dari pihak bank tidak pernah mengirim surat tagihan.
Namun beberapa pekan lalu, saya kaget bukan main, karena mendapat chatting di WA dari seorang debt collector. Beliau menyuruh saya untuk melunasi tagihan sebesar Rp 5.743.061.
Wah, ternyata dulu keluarga saya belum melunasi tagihannya? Dan kok tagihannya bisa membengkak jadi 5,7 juta?
Ya, seperti itulah ngerinya riba.
Dan tahukah Anda, apa yang saya rasakan setelah itu?
Rasanya SANGAT GELISAH. Merasa risau dan khawatir karena masih punya utang.
Ya, walau jumlahnya tidak seberapa, ternyata utang memang selalu bikin gelisah dan khawatir tak menentu.
Untungnya, dari info seorang teman yang pernah kerja di bank, saya mendapat penjelasan bahwa sebenarnya kita hanya wajib membayar pokok pinjaman saja. Untuk bunga (riba), biaya administrasi, denda, dst, sama sekali tak dibayar.
Alhamdulillah. Saya merasa sangat senang mendengar info ini. Maka saya segera menyelidiki berapa total pokok pinjaman saya. Eh ternyata hanya Rp 2.178.043.
Masya Allah. Jauh banget ya, bedanya?
Maka akhirnya, saya pun membayar tagihan sebesar itu (ditambah biaya administrasi Rp 50.000). Maka total yang saya bayarkan adalah Rp 2.228.045.
Alhamdulillah. Bahagia dan tenang sekali rasanya ketika utang telah lunas.
Islam mengajarkan kita bahwa utang harus segera dilunasi.
Jika kita punya uang tapi tak mau bayar utang, maka Allah akan menyempitkan rezeki kita.
Sedangkan jika kita bayar utang walau saat itu keuangan kita sedang sangat menipis, maka Allah akan melapangkan rezeki kita.
Jadi Sahabat Sekalian,
Jangan pernah menunda bayar utang, walau saat ini uang di dompet dan rekeningmu sangat terbatas.
Ingat: Penderitaan hidupmu akan berakhir jika engkau mati. Namun utang sekecil apapun akan dibawa abadi ke akhirat kelak.
Akhir kata: JANGAN PERNAH PAKAI KARTU KREDIT. Karena berdasarkan pengalaman saya:
1. Punya kartu kredit akan membuat hidup kita seperti "kena kutukan" untuk selalu punya kebutuhan mendesak.
2. Kalau telat bayar cicilan, kita akan dikejar-kejar oleh debt collector.
3. Kalau rajin bayar cicilan, kita akan dikejar-kejar oleh orang marketing, bahkan sampai dirayu dan dipaksa untuk berutang.
Ngeri banget, kan?
Semoga bermanfaat, ya.
(Jonru Ginting)