Namanya Hasan, tinggal di sekitar al Usayfirin, 2 km ke barat dari pintu 318 Masjid Nabawi, di usianya yang mendekati 70, ia sendiri karena 20 tahun sang istri sudah menghadap Ilahi.
Menarik mengenalnya menjelang Shubuh ini, tak sengaja karena berjalan dengan tongkat dan insting Indonesia saya berusaha membantu. Tapi apa dia bilang: "Laa.. kholas, Alloh ma'i.. insyaAlloh aqwa minka walau yashghuruni bis sanawat".
MasyaAlloh.. dia ga mau dibantu, saya malah dibilang: "Jangan, sudah, ada Alloh denganku, insyaAlloh saya lebih kuat dari kamu walau kamu bertahun tahun lebih muda dari ku".
Begitu lah jiwa jika Alloh sudah ada, merasa sudah Alloh saja, tak bergantung pada mahluk-Nya.
Saya ikut jalan di belakangnya, setelah sunnah 2 rokaat, saya tunggu, rupanya dia lanjut, hingga 11 rokaat, dan sekarang pagi jam 4.
"Syeikh laqod fasad sitrok min ro'yi, sa ahdhir laka hasanatan bada sholah," kata saya
(Pak, saya lihat jaketnya dah rusak, saya belikan ya yang baru setelah sholat).
MasyaAlloh lagi lagi jawaban tak terduga:
"Istri saya wafat sekitar 20 tahun lalu, dia suka jaket ini, dia beli untuk hadiah saya, saya pakai selalu untuk sholat agar pahalanya selamanya Alloh berikan padanya." 😭😭
Kami lanjut Shubuh, selesai, melalui pintu 318 masjid Nabawi, saya antar sambil tanya lagi:
"Qoryatak baid wa anta tamsyi fith thoriqith thowil, lima tusholli fil qhurfah"
(Pak, desanya agak jauh, jalan kaki pula, kenapa ga sholat di rumah aja)
"Alloh sudah berikan saya kaki hampir 70 tahun, saya berharap kaki ini jadi saksi bahwa tiap langkahku ke Nabawi ada nama Ayah dan Ibu ku yang akan meringankan mereka berjalan di atas shiroth Alloh kelak".
Jleb, sambil nangis saya nulis ini, kakek Hasan, sendiri, dengan tongkat menempuh 2 kilo untuk kejar keberkahan jamaah shubuh, saya? 😭
Masjid Nabawi, 30 Rajab 1423 H
Credit by Jaja muktahiri
Via Muhammad Arafah Kube
(fb)