Apakah Benar Siti Hawa Diciptakan Dari Tulang Rusuk Nabi Adam?
Oleh: Fahrizal Fadil
Kemarin saya membeli buku yang sangat bagus tentang Israiliyyat (Israiliyat merupakan cerita-cerita yang kerap kali dibawa oleh orang-orang Yahudi yang masuk Islam. Ini berbeda dari hadits yang merupakan ucapan, tindakan, atau diamnya Nabi Muhammad SAW)
Buku ini ditulis oleh seorang Dosen Universitas Islam di Bangladesh, Dr. Muhammad Abdul Qadir Ma'shum. Di sana, beliau mengumpulkan riwayat-riwayat Israiliyyat dan penafsiran pada Tafsir Jalalain yang dinilai lemah, lalu memberikan komentar serta penafsiran yang kuat untuk mengganti posisi penafsiran tersebut.
Secara umum buku ini sangat bagus bagi pengkaji tafsir, khususnya bagi yang suka membaca Tafsir Jalalain. Karena selain penulis memberikan tafsiran yang kuat sebagai pengganti riwayat tafsiran yg lemah, referensi yang digunakan banyak dikutip dari buku-buku dari India ataupun Bangladesh yang berbahasa Urdu yang sudah diterjemahkan ke Arab.
Di antara catatan penulis terhadap Tafsir Jalalain, saat Imam Suyuthi menuliskan tafsir ayat 248 surat al-Baqarah, kalimat “al-Tabut” beliau tafsirkan dengan kotak yang berisi gambar-gambar para nabi. Pendapat ini dikomentari oleh banyak ahli tafsir, di antaranya Imam al-Alusi dalam Ruh al-Ma'ani, bahwa tidak ada satupun hadits shahih yang menyebutkan penafsiran tersebut.
Riwayat yang ada, sebagaimana riwayat Qatadah, 'Ikrimah, dan al-Rabi bin Anas, al-Tabut adalah kotak yang berisi tongkat Musa dan potongan-potongan papan (lauh) Taurat yang berisi wahyu.
•••
Ada pembahasan unik dalam buku ini, saat penulis mengomentari Tafsiran Imam Suyuthi pada ayat pertama surat al-Nisa: (وخلق منها زوجها), di mana beliau menafsirkan maksudnya adalah Siti Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam.
Pertama, penafsiran imam suyuthi bukanlah hal yang baru. Pendapat ini banyak diambil oleh para ahli tafsir semisal al-Thabari, Ibnu Katsir, al-Razi, al-Baghawi, al-Alusi, dan para ahli tafsir lain.
Namun pendapat ini akan menjadi kontroversial jika dihadapkan oleh para orientalis yang tidak senang dengan islam. Mereka akan mempertanyakan tafsir tersebut, bagaimana mungkin perempuan diciptakan dari laki-laki?
Disisi lain, terjadi perdebatan dengan penafsiran tersebut, karena Al-Quran menjelaskan penciptaan manusia, tapi tidak menyebutkan penciptaan Hawa secara khusus. Tidak juga ada hadits yang menjelaskan bagaimana Hawa tercipta.
Oleh karena itu beberapa ahli tafsir mutaakhirin mengangap penafsiran awal tidak kuat. Mereka lebih memilih penafsiran Rabi' bin Anas dan Ja'far al-Shadiq yang mana keduanya adalah pembesar al-Tabi'in yang mengatakan bahwa Hawa tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, tapi dari tanah yang digunakan untuk menciptakan Adam.
Dalil mereka, jika seandainya Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, seolah Adam menikahi dirinya sendiri. Padahal bisa saja Allah menciptakan Hawa dari tanah sebagaimana Ia menciptakan Adam.
Pendapat kedua ini dikuatkan oleh tafsiran Syekh Al-Sya'rawi. Beliau mengatakan, jika seandainya siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, maka al-Quran akan menggunakan kalimat: (جعل منها زوجها) dan tidak menggunakan “khalaqa”, sebab al-ja'l maknanya mengambil dari materi yang sudah siap, dan kemudian dibentuk sesuai dengan keinginan. Sedangkan kalimat “khalaqa” maknanya adalah ciptaan baru yang tersendiri, tidak diambil dari bahan ciptaan yang sudah jadi. Maka tafsiran Syekh Sya'rawi terhadap kalimat tersebut: “Allah menciptakan Hawa sama dengan jenis penciptaan Adam”, maksudnya sama-sama manusia.
Dalil penguat berikutnya disampaikan oleh Syekh Abdul Majid al-Daryabai dalam Tafsir beliau yang berbahasa Urdu, di sana beliau mengatakan bahwa Al-Quran tidak menerangkan penciptaan Hawa, dan tidak juga bagaiamana ia diciptakan. Adapun Hadits yang mengatakan:
إن المرأة خلقت من ضلع
“Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk”
Tidak ada yang berterus terang jika yang dimaksud adalah siti Hawa. Bahkan dalam riwayat yang ada pada al-Bukhari mengatakankatakan: “Perempuan seperti tulang rusuk”, maka bisa difahami bahwa hadits yang pertama bukan ingin menjelaskan asal muasal penciptaan, tapi sekedar tasybih bahwa antara perempuan dan tulang rusuk memiliki kesamaan. Titik samanya ada pada lanjutan hadits: “jika kamu memaksanya untuk lurus, maka ia akan patah, dan jika kamu berbuat baik dengannya, maka kamu akan merasa nyaman”.
Hadits-hadits tersebut tidak bisa dibawa kepada kisah siti Hawa secara khusus, karena kalimat perempuan di sana menunjukkan keumuman. Dan tidak bisa dibawa bahwa semua perempuan diciptakan dari tulang rusuk calon suaminya, karena tidak ada dalil yang menjelaskan.
Pada ayat tersebut juga sedang berbicara tentang Allah yang memuliakan laki-laki dan perempuan dengan posisi yang sama, tanpa perbedaan. Oleh karenanya, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan asal yang sama. Dengan sifat kemanusiaan yang sama. Terdiri dari jasad dan ruh, yang diisi dengan indra perasa yang sama.
Maka penafsiran bahwa Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk adam sepertinya tidak cocok karena condong membedakan asal muasal penciptaan dan seolah ada perbedaan yang jauh, padahal ayat itu sedang menjelaskan kesetaraan derajat. Wa Allahu 'alam.
(Kamis, 6 Juli 2023)