Apa tanda Allah ridha kepada kita? Begini saja.
Apakah kita sudah ridha dengan segala ketetapan yang Allah berikan dalam hidup kita?
Apakah kita sudah belajar menerima masa lalu kita?
Kesalahan yang kita dan orang lain lakukan?
Keburukan atau kesialan dalam kehidupan?
Tidak mudah memang menerima hal-hal yang menyakitkan hati. Tapi tauhid itu dasarnya adalah, “Bahwa segala sesuatu itu datang dari tangan-Nya, maka pastilah tersimpan kebaikan yang banyak di dalamnya.”
Semakin kita ridha bersama Allah, maka firasat hati kita akan semakin tajam. Jadi, belajarlah ridha terlebih dahulu sebelum mengatakan bahwa sesuatu itu haqq atau tidak, karena bagaimana bisa belajar membaca sesuatu yang haqq kalau kita tidak belajar ridha dengan qadha-Nya.
Kalau masih bercampur -- kadang ridha, kadang tidak -- itu artinya mencampur aduk antara yang haqq dengan yang bathil. Itu tanda bahwa kita memang belum berada pada maqam ridha.
Manakala kita masih mengeluh, masih menjerit manakala didatangkan kesulitan dalam hidup, itu tandanya masih belum ridha, masih menangkap bentuk fenomena fisiknya saja.
Ada pun bagi orang yang bertaqwa kepada Allah, maka ia akan memandang bahwa semua urusan itu ada di tangan Allah, sehingga ia tidak akan melihat “apakah fenomenanya menyakitkan atau tidak,” “apakah menyusahkan atau tidak,” “apakah rugi atau untung,” sebab ia hanya akan mengatakan “Ini semua dari Allah Ta’ala.”
Kalaupun dia dicengkram oleh kesakitan dalam menanggung beratnya ujian, dia hanya akan mengatakan “Ini adalah tangan Allah,” dan tidak fokus kepada bara apinya, akan tetapi lebih melihat kepada Dia Ta'ala yang sedang “menyapa” dirinya.
Percayalah sahabat, tatkala kita melihat sebuah bencana dengan keyakinan bahwa “Ini semua datang dari-Nya semata,” maka kita tidak akan binasa. Pasti semata kebaikan. Pasti semata kebaikan. Pasti semata kebaikan. Tidak akan binasa.
(Mursyid Thariqah Qudusiyah)