Yang Hebat: Menantu atau Mertua?

Yang Hebat: Menantu atau Mertua?

Oleh: Maulana La Eda

Ketika seorang tajir besar Makkah, Syekh Muhammad al-Kurdiy, melihat kecerdasan dan kesungguhan belajar Ahmad Khathib Al-Minangkabawi muda, beliau langsung menawarkan putri beliau padanya.

Setelah memikirkan secara matang dan meminta saran guru-gurunya, beliau pun menerima tawaran nikah itu. Tak tanggung-tanggung, mas kawin, rumah, dan kehidupan rumah tangga baru dengan putri Sang Tajir itu malah ditanggung seluruhnya oleh Sang Mertua.

Syaratnya, asal Sang Menantu fokus belajar dan menuntut ilmu. Karena kehebatan ilmu syar'i Syekh Ahmad, maka suatu saat Sang Mertua menawarkan pada penguasa Makkah untuk menjadikan Sang Menantu sebagai Imam dan Khatib Masjidil Haram. Maka saran itu pun diterima lantaran beliau berhak menyandang jabatan itu.

Sampai di situ? Tidak Bro... Setelah istrinya wafat, Sang Mertua malah menikahkan dirinya dengan kakak istrinya yang wafat itu. Kali ini, wanita yang dinikahinya ini lebih hebat, tidak hanya sebagai penghafal Al-Quran, tapi juga sebagai pengkaji hadis-hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

__________

Syaikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi Rahimahullah (1860 - 1916) adalah seorang ulama Indonesia asal Minangkabau. Ia lahir di Nagari Koto Tuo, Kabupaten Agam, Sumatra Barat pada tanggal 6 Zulhijah 1276 H (1860 M) dan meninggal di Mekkah pada tanggal 8 Jumadilawal 1334 H (1916 M). 

Dia menjabat sebagai imam mazhab Syafii di Masjidil Haram. Banyak pemimpin reformis Islam Indonesia belajar darinya, termasuk Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama dan Sulaiman Ar-Rasuli, pendiri PERTI.

Murid-muridnya yang lain adalah Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayah dari Buya Hamka; Syaikh Muhammad Jamil Jambek, Bukittinggi; Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli, Candung, Bukittinggi, Syaikh Muhammad Jamil Jaho Padang Panjang, dll.

Baca juga :