Saya kurang suka sama orang yg MISKIN, gak punya duit terus maksain poligami.
Ketika ditanya gimana menghidupi kedua istri dan anak-anak?
Dia dengan entengnya bilang "Allah yg kasih rezeki"
Dah gitu ada yg komen, "Ini pelajaran Tauhid", katanya...
Gak seneng saya sama yg begini-gini...
Bukan karena saya gak yakin Allah yg kasih rezeki. Bukan karena saya gak paham Tauhid (Rububiyah). Bener kok yg disebutin itu... Dan kita harus mengimani itu.
Tapi dari banyak kasus yg udah-udah, alasan yg begini-gini tuh biasanya hanya GIMMICK aja.
Orang-orang yg kek begini nih suka mempermainkan istilah-istilah Islami cuma untuk memuaskan dan melegalkan nafsu dan kepentingannya sendiri...
Duh gak usah denial.. Kasus udah banyak dimana-mana..
Awalnya bilang, "Allah yg kasih rezeki", biar disangka lelaki sholeh yg kokoh Tauhidnya.
Atau bilang, "Saya poligami niatnya ibadah karena Allah", biar disangka niatnya suci, tulus, dan ikhlas.
Setelah jalan rumah tangganya, baru dia sadar kalo dia gak mampu nafkahi kedua istri dan anak-anak. Akhirnya istri pertama dicerai atau ditinggal tanpa nafkah.
Sok kokoh, sok jadi lelaki sholeh dan bertanggung jawab di awal. Tapi pada akhirnya dia gak komitmen dan khianat dengan ucapannya sendiri. Dzalim dia dengan istri dan anak-anaknya.
Kamu kira kamu gak akan diminta pertanggung jawaban di akhirat nanti?
Kamu itu udah miskin, gak tau diri.
Terus yg bener gimana?
Yang bener itu kamu harus NGACA. Kamu harus punya ukuran yg bisa dipertanggung jawabkan.
Diantara ukurannya adalah PENGHASILAN yg KONSISTEN dan CUKUP untuk menghidupi beberapa istri dan anak-anak nanti.
Kalo MISAL 1 istri dan anak-anak kebutuhannya 5 juta/bln. Maka kamu harus siap minimal 10 jt sebulan utk 2 istri.
Kalo ukuran ini sudah jelas, dan kamu beneran mampu menghasilkan minimal 10 jt sebulan, baru kamu bilang "Allah yg memberikan rezeki"
So, dalam konteks ini, semua harus dihitung dan diukur dulu.. Baru setelah itu kamu menyerahakan segalanya kepada Allah...
(Hendy Mustiko Aji)