SAMPAI SEGITUNYA...

SAMPAI SEGITUNYA....

Oleh Asyari Usman

Rezim zalim memusuhi Anies Baswedan tidak tanggung-tanggung. Detail dan retail. Dari semua sisi. Dan melibatkan sebanyak mungkin orang yang berada di lingkungan rezim.

Detail dalam arti semua hal yang terkait dengan Anies dimusuhi dan diganggu. Apa saja dijegal. Sampai ke hal yang kecil sekali pun.

Retail dalam arti semua kios (outlet) kekuasaan dikerahkan untuk memusuhi Anies. Mulai dari yang paling tinggi, menengah, sampai ke bawah. Dari kiri dan kanan, dari depan dan belakang. Semua diwajibkan memusuhi Anies.

Dahsyat dan luar biasa sekali. Penyelenggaraan balap Formula E tahun lalu (2022) adalah contoh kezaliman itu.

Dalam silaturahmi dengan pimpinan sebuah pesantren di Pasuruan, Jawa Timur, akhir bulan Mei, Anies menceritakan penjegalan tingkat tinggi terhadap Formula E. Tahun lalu, Anies mau menyiapkan sirkuit balap mobil listrik itu. Dia ingin melaksanakannya di halaman Monas. Tapi tidak diizinkan karena khawatir merusak cagar budaya di situ. Ok, tidak masalah.

Anies kemudian membuatnya di kawasan Ancol, Jakarta Utara. Di sini, memang tidak ada masalah izin pemakaian. Namun, kedengkian yang dialami Anies malah lebih parah.

Ketika lintasan balap (track) mau dibikin, tidak ada satu pun penjual aspal campuran yang mau menjual kepada Anies. Semua agen aspal campuran itu mengatakan mereka tak berani menjual untuk Formula E. Mereka semua hanya bisa meminta maaf. “Mereka takut,” kata Anies.

Waktu penyelenggaraan makin dekat. Akhirnya, diputuskan untuk membuat sendiri aspal campuran yang diperlukan. Para insinyur harus bekerja keras.

Mereka membeli aspal curah. Kemudian ada yang harus pergi ke Jerman untuk membeli lem khusus. Lem ini harus ada sebagai campuran aspal Formula E itu.

Singkat cerita, lengkaplah bahan baku untuk pengaspalan track. Dicarilah tiga truk molen bangunan untuk mengaduk aspal curah dengan bahan-bahan lainnya itu. Karena memang molen umum itu tidak cocok untuk mengaduk aspal, akhirnya ketiga molen itu rusak.

Para teknisi menemukan cara lain untuk mengaduk aspal spesial itu. Terpasanglah aspal di lintasan balap. Pekerjaan pun usai. Tetapi, tidak berarti selesai.

Ada prosedur selanjutnya yang membuat Anies dan timnya berdebar-debar. Sirkuit baru itu akan diinspeksi oleh tim Formula E dari Inggris. Untuk memastikan sesuai standar atau tidak.

Alhamdulillah, evaluasinya di luar dugaan. Tim inspeksi puas. Lintasan (track) yang dibuat tanpa alat pengaduk aspal itu dinyatakan sebagai yang terbaik dalam penyelenggaraan Formula E.

Begitulah kisah penzaliman yang berakhir dengan sukses besar Formula E pertama di Indonesia. Meskipun Pertamina dan BUMN lain menolak menjadi sponsor.

Tahun lalu, Pertamina berkilah bahwa tidak ada produk mereka yang dipakai di Formula E. Masuk akal juga. Tapi, tahun ini (2023) Pertamina ikut menjadi sponsor Formula E setelah Anies tidak lagi menjabat gubernur DKI. Kok bisa begitu? Nanti kita tanya ke Dirut Pertamina.

Apa tujuan penzaliman Formula E semasa Anies tahun lalu? Supaya penyelenggaraannya berantakan. Mereka ingin reputasi Anies pun berantakan.

Ada satu lagi, hampir lupa. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno ikut menyaksikan Formua E 2023 ini. Entah mengapa, dia tidak hadir dan juga tidak mau mempromosikan Formula E tahun lalu (2022).

Satu lagi, Anies tidak diundang panitia Formula E tahun ini untuk menonton. Wajar diundang, sebenarnya. Beliau beli sendiri tiket bersama keluarganya.

Sampai segitunya mereka memusuhi Anies Baswedan.

7 Juni 2023
(Jurnalis Senior Freedom News)

Baca juga :