Permata di Balik Permata
Putri Ariani atau yang bernama asli Ariani Nimas Putri, sanggup memukau mata dunia. Walau mata Putri sendiri tak bisa melihat dunia.
Decak kagum dari jutaan bibir seantero jagat pun ditujukan pada anak sulung pasangan Ismawan Kurnianto dan Reni Afianty tersebut.
Memang tidak mudah untuk bisa menembus panggung megah America's Got Talent (AGT), apalagi berhasil mendapatkan Golden Buzzer.
Bahkan Simon Cowell, sang juri yang selama ini dikenal killer, tampak begitu speechless menyaksikan penampilan Putri. Hingga membuatnya sampai dua kali naik ke atas panggung menghampiri Putri.
Kesuksesan Putri Ariani terasa lebih istimewa, karena ia adalah penyandang tuna netra. Hingga karenanya saat Putri berhasil menorehkan berbagai prestasi, ia mungkin tak sanggup menyaksikan air mata bahagia kedua orangtuanya.
Kebanggaan terhadap Putri bukan hanya milik Ismawan dan Reni. Tapi kebanggaan tersebut sekarang sudah memenuhi semua keluarga, bahkan Indonesia patut berbangga mempunyai anak Pertiwi seperti Putri.
Putri lahir prematur, ia hanya enam bulan berada di perut ibunya. Maka, karena itu setelah Putri lahir, ia harus segera dimasukkan inkubator selama tiga bulan. Mungkin secara medis untuk melanjutkan proses pertumbuhan yang harusnya tuntas di rahim ibu.
Sampai di sini semuanya biasa saja. Ibu dan ayah Putri sabar menunggu Putri hingga ia keluar dari inkubator.
Tapi waktu yang ditunggu itu ternyata menjadi momentum horor bagi Ismawan dan Reni, sekeluarnya Putri dari inkubator didapati bahwa ada masalah pada kedua mata bayi tersebut.
Shock tentu segera menghinggapi Ismawan dan Reni. Pasangan muda berdarah Minang tersebut segera melarikan buah hatinya ke Singapura untuk mendapatkan pengobatan semestinya.
Tapi sesampainya di sana, dokter menyatakan bahwa kedua mata Putri tidak bisa lagi diselematkan. Sudah terlambat!
Sebagai orang tua yang sangat berharap buah hatinya bisa melihat normal, tetap keukeh minta agar operasi tetap dilakukan. Dokter memenuhi permintaan tersebut, operasi dilakukan pada mata sebelah kanan.
Tapi sesuai dengan keyakinan medis yang mereka ketahui, operasi gagal. Mata sebelah kanan Putri tetap tidak tidak bisa melihat. Operasi pun tidak berlanjut kepada mata sebelah kiri.
Itulah karenanya kalau kita perhatikan, bentuk mata Putri antara kanan dan kiri itu berbeda.
Kesedihan orang tua Putri berlanjut, terlebih ia adalan anak pertama. Lebih dari itu, Putri juga adalah cucu pertama untuk orang tua Ismawan dan juga cucu pertama untuk orang tua Reni.
Tapi keadaan itu justru menjadikan Ismawan dan Reni bertekad besar untuk merawat Putri sebaik mungkin.
Sampai akhirnya mereka pindah dari Riau ke Jakarta dan kemudian ke Jogja. Demi untuk memberikan pendampingan dan pendidikan terbaik untuk Putri.
Segenap cinta dan kasih semuanya diluahkan oleh Ismawan dan Reni untuk membesarkan Putri. Bukan hanya besar tubuh dan usianya, tapi pasangan ini ingin memberikan bukti pada dunia, bahwa anak yang disebut disabilitas pun sanggup berprestasi!
Hingga akhirnya sampailah Putri pada hari ini, keberadaannya menjadi perbincangan dunia. Yang suka musik ataupun yang tidak suka, semua membicarakannya.
Dengan kekurangannya, Putri justru menunjukkan berbagai kelebihan. Ia berhasil menggali bakat bernyanyinya dengan baik. Putri juga pandai bermain piano.
Bahkan di usianya yang masih jalan tujuh belas tahun, ia sudah pandai mencipta lagu. Tak sekedar pandai mencipta, tapi Putri bisa membuat lagu secara spontan hanya dalam hitungan menit.
Merangkai nada dan membuat lirik sekaligus benar-benar hanya dalam hitungan tak sampai lima menit. Mulus benar-benar mulus, bukan hanya nada bagus, tapi liriknya juga kuat.
Sungguh, apa yang dimiliki Putri bukanlah durian runtuh dari pohon, ataupun hujan emas dari langit. Tapi kesabaran, ketelatenan dan kegigihan kedua orang tua Putri adalah sebab utama Allah berkenan memberikan semua keistimewaan tersebut.
Cinta! Ini adalah rahasia di balik semua rahasia yang menjadikan Ismawan dan Reni berhasil memberikan pendampingan terbaik untuk Putri.
Perhatikan tatapan mata reni pada setiap penampilan Putri. Tak jarang air matanya tumpah begitu saja saat para juri dan penonton memberikan tepuk tangan meriah untuk Putri.
Begitu juga sang ayah, dengan terus wira wiri mendampingi Putri, iapun berkali-kali menyeka air matanya. Sesekali kedua pasangan itu menunjukkan tawanya, tapi raut wajah dan air mata haru lebih mendominasi.
Kasih sayang orang tuanya yang begitu tulus dan penuh cinta, itupun dirasakan betul oleh Putri. Hingga pada banyak kesempatan ia tak segan berucap: i love you, Ma, i love you, Pa.
Di mata Indonesia yang mayoritas beragama Islam, tentu Putri juga terasa lebih istimewa. Karena belia ini tampil dengan berkerudung, walau berada di pentas dunia.
Begitu juga sang mama, sebagai orang Minang yang dikenal agamis, Reni pun tampil dengan jilbab dan pakaian lainnya yang menutup aurat.
Putri memang suka bernyanyi. Ia bercita-cita menjadi diva dunia, tapi Putri tak lupa mengaji. Bacaan qur'annya bagus. Baik tajwid maupun iramanya, ini juga menjadi kekhasan seorang Putri.
Putri telah menjadi inspirator bagi anak-anak Bangsa yang saat ini sedang bertumbuh.
Setiap anak punya bakatnya masing-masing. Orang tua harus hadir agar anak sanggup menggali permata yang telah Allah berikan sejak ia lahir.
(Oleh: Abrar Rifai)