[PORTAL-ISLAM.ID] Ekonom sekaligus pengamat kebijakan publik dari Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, menilai mundurnya Softbank dari rencana investasi Ibu Kota Nusantara (IKN) merusak reputasi IKN di kalangan investor global.
Investor asal Jepang itu mundur pada 2022. Menurut Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, kesepaakatan tidak terjadi karena proposal yang ditawarkan hanya menguntungkan Softbank dan tidak menguntungkan Indonesia.
"Tapi dengan Softbank mundur, investor lain jadi tidak tertarik masuk proyek tersebut," kata Achmad kepada Tempo, Senin, 12 Juni 2023.
Oleh karena itu, menurut Achmad, pemerintah tidak bisa terus mempertahankan konsep lama dalam menarik investasi untuk IKN. "Perlu strategi radikal yang bukan sekadar hitungan bisnis serupa untuk memperbaikinya."
Terlebih, hingga kini belum ada realisasi investasi yang masuk. Pembangunan IKN masi dibiayai negara melalui APBN. Meski sudah ada dua perusahaan Singapura yang menandatangani non disclosure aggrement (NDA), menurut Achmad, itu belm menjadi jaminan investasi bakal terealisasi.
"Itu baru tahap awal ketertarikan investasi," ujar dia.
Achmad mengatakan bahwa mencari pendanaan untuk IKN memang tidak mudah. Terlebih, Indonesia memasuki tahun politik. Menurutnya, investor memilih wait and see sembari menunggu kepastian kelanjutan proyek setelah berakhirnya periode pemerintah saat ini.
Gula-gula insentif, seperti tax holiday dan sebagainya, pun menjadi tidak cukup. "Investor lebih tertarik dengan kepastian hukum dan prsospek investasinya. Tapi mereka belum yakin dengan dua hal itu," kata Achmad.
Selain itu, Achmad menilai skema investasi di IKN tidak menguntungkan investor. "Bagi investor, ada internal rate of return (IRR) atau tingkat pengembalian modal minimal yang harus dipenuhi. Sayangnya, dengan proyeksi jumlah penduduk yang tidak banyak dan besarnya biaya pembangunan karena struktur bangunan diatas tanah gambut maka mereka cenderung memilih mundur."
Selebihnya, kata Achmad, investor seperti UEA, Qatar, dan Saudia melihat investasi overseas memiliki risiko besar. Apalagi sedang terjadi geopolitik. "Mereka cenderung memilih investasi di dalam negeri."
Sementara itu, Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) mengklaim semakin banyak investor luar negeri yang berprogres untuk menanamkan modal di proyek IKN. Teranyar, ada dua investor Singapura yang menandatangani Non Disclosure Agreement (NDA) pada Kamis, 8 Juni 2023.
"NDA ini menjadi tahapan penting karena untuk menyusun feasibility study (FS)," kata Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita IKN, Agung Wicaksono, kepada Tempo, Minggu, 11 Juni 2023.
Untuk bisa memutuskan modal yang akan ditanamkan, kata Agung, investor membutuhkan proses FS untuk memberikan besarnya return of investmen (ROI) atau imbal hasil investasi. "Untuk proyek di IKN, tentu perlu FS yang spesifik," kata dia.
Adapun dua investor Singapura yang baru menandatangani NDA adalah State Power Investment Cooperation (SPIC) dan JOE Green Pte Ltd.
SPIC dan JOE Green Pte Ltd. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi baru terbarukan dan pengelolaan limbah. Kedua perusahaan Singapura tersebut termasuk yang sejak awal menunjukkan dukungan besar kepada Nusantara. Tak hanya memberikan Letter of Intent (LoI), mereka turut serta dalam ‘Singapore Business Mission to Nusantara’ yang diselenggarakan oleh KBRI pada 31 Mei 2023 untuk melihat langsung progres pembangunan Nusantara. [TEMPO]
Namanya swasta kalau mundur bukan asal, pasti udah berhitung duluan...
— bakanosan1 (@bakanosan1) June 13, 2023