Oleh: Rohmanto Abu Al Laits
Menjadi seorang dai itu tidak boleh terlalu sering menerima hadiah dari jamaahnya sehingga sampai menyebabkan lidah kelu untuk menegur kesalahan jamaahnya, sebab saking banyaknya hadiah yang diterima.
Makanya jadi dai itu harus punya usaha mandiri dan tidak menggantungkan penghasilan dari isi amplop pengajiannya. Saat kajian pakailah pakaian terbaik, kendaraan terbaik, hp terbaik hasil usaha sendiri. Namun sikap tetap santun dan tidak sombong kepada jamaah.
Dai tidak terperdaya dengan duniawi, tapi bisa memiliki duniawi untuk kepentingan akhirat hasil dari maisyah yang halal dan barakah.
Tunjukkan kepada umat bahwa dai itu mulia dunia akhirat, tidak tergantung dari hasil kegiatan dakwahnya.
Suka geli-geli gimana kalau ada dai cerita sedang hidup susah, eh kemudian bersyukur tahu-tahu dapat rejeki nomplok e ternyata berupa hadiah pemberian dari jamaah. Ya gimana jamaah gak memberi kalau ustadznya susah hidupnya gitu. Mereka kasian, bro. Bangga kok pemberian orang. Bangga tu ngasih orang.
Maka akhir-akhir ini saya kok merasa aneh dengan sikap beberapa dai yang cenderung diam mingkem tidak membuat statmen apapun dengan kemungkaran seorang jamaah yang bahkan sudah mencabik-cabik dakwah salaf. Usut punya usut ealah ternyata jamaah ini jor-joran suka ngasih hadiah ke mereka dan ke keluarga mereka. Nggak cuma ke para da'i tapi ke lembaganya. Bukan jutaan, bahkan bisa ratusan juta donasi lembaga ditutup sama dia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Hakim bin Hizam,
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”
(HR. Bukhari no. 1472 dan Muslim no. 1035).
Semoga Allah memudahkan antum mencari rezeki dan bisa terus berbagi, wahai para da'i.