Memelihara 'Anak Macan', dalam praktik politik, istilah ini kerap terdengar

Memelihara 'Anak Macan'

Oleh: Erizal

Dalam praktik politik, istilah ini kerap terdengar. Anak macan kadang juga diganti sebagai anak harimau. Artinya kurang lebih, orang yang telah dipelihara sejak lama, sejak kecil, setelah besar, berubah menjadi lawan, malah balik memakan.

Kenapa Mahfud MD tiba-tiba diganti KH. Ma'ruf Amin, sebagai Cawapresnya Jokowi, pada saat Pilpres 2019, salah satunya sebab faktor istilah di atas? Bahkan, Mahfud MD telah siap dengan setelan baju hitam-putih, tapi tetap balik badan.

Dan tak salah juga. Bayangkan jika Mahfud MD yang sebagai Wapresnya Jokowi saat ini. Maka ia akan berubah menjadi Capres yang potensial saat ini. Tak akan jauh dengan elektabilitasnya, Ganjar, Prabowo dan Anies. Beda-beda tipislah.

Dalam berapa hal, Jokowi juga begitu terhadap Megawati. Malah, anaknya Jokowi, Gibran, bisa juga dilekatkan istilah di atas, kalau-kalau nanti tak mendukung Ganjar Pranowo, kandidat yang resmi diusung PDIP. Betapa ngerinya istilah itu.

Salah satu kenapa Ganjar yang elektabilitasnya jauh daripada Puan Maharani, tapi tertatih-tatih mendapatkan mandat, sehingga disiapkan pula KIB sebagai boneka, juga istilah di atas. Malah, saat ini Ganjar 'dipingit' di bawah Puan, apalagi Megawati, juga karena istilah itu. Teganya anak macan harus copot taringnya dulu, agar aman?

Ini dalam praktik politik di tingkat atas. Dalam praktik di tingkat bawah pun, bahkan tak hanya dalam praktik politik, dalam praktik bidang apa pun juga, istilah di atas juga kerap terjadi. Anak buah memakan bosnya, kawan makan kawan, dan lain-lain. Orang khawatir atau cemas akan pengkhianatan, tapi itulah yang kerap berulang. Tapi, apa iya macan binatang yang berkhianat?

Baca juga :