Catatan Agustinus Edy Kristianto:
Saya pikir ada baiknya teman-teman membaca berita yang diterbitkan oleh "Israel Defense" berikut ini: "Who Is Behind the Mysterious Sale of Qatari Mirage Planes to Indonesia?" (Siapa Di Balik Penjualan Misterius Pesawat Mirage Qatar ke Indonesia?)
*Kisi-kisi:
Boukharouba’s business partner is another businessman and consultant, named Prabowo Subianto, who has close relations with the Indonesian government.
(Rekan bisnis Boukharouba adalah pengusaha dan konsultan lainnya, bernama Prabowo Subianto, yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Indonesia).
Link:
*
Unik betul berita yang dirilis pada 12 Juni 2023 itu.
Menjelaskan apa dan siapa di balik transaksi pembelian pesawat tempur bekas Qatar oleh Indonesia senilai Rp12 triliun---yang tak banyak diulas oleh media di Indonesia dan kelihatannya luput diperbincangkan dalam acara ngopi bareng antara Menhan dan Pemimpin Redaksi media massa beberapa hari lalu.
Menuliskan atribut Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto yang juga salah satu bakal capres itu sebagai "PENGUSAHA DAN KONSULTAN" yang dekat dengan pemerintah Indonesia.
Dan sebagainya.
Informasi itu bukan hoaks.
Sumbernya jelas.
Saya lampirkan juga tangkapan layar berita "Kompas.com" sebagai pembanding.
"Israel Defense" adalah majalah yang terbit dalam Bahasa Ibrani dan Bahasa Inggris di bawah payung penerbit Arrowmedia Israel Ltd.
Fokusnya pada isu keamanan nasional dan internasional.
Saya minta ChatGPT menyulihbahasakan berita itu lalu sedikit saya rapikan, supaya korea-korea kayak kita bisa setidaknya mengerti apa saja yang para elite negeri ini lakukan terhadap duit APBN.
Selamat membaca:
Pengiriman 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 dari Qatar ke Indonesia dimulai. Pesawat-pesawat tersebut, yang merupakan bagian dari armada Qatar, dijual setelah mendapatkan persetujuan dari Prancis. Pengiriman dilakukan oleh Defense Conseil International (DCI), sebuah perusahaan swasta Prancis yang berbasis di Qatar, dengan pesawat kargo Antonov 124.
Kesepakatan antara Qatar dan Indonesia disusun oleh E-Systems Solutions, sebuah perusahaan berbasis di Dubai yang dimiliki oleh seorang pengusaha Prancis dan mantan perwira angkatan udara Prancis bernama Habib Boukharouba. Setelah pensiun, Boukharouba mendirikan bisnis yang sukses di Dubai yang bergerak di bidang penjualan dan penyewaan pesawat kargo. Perusahaan itu beroperasi di negara-negara Teluk dan Afrika selama sepuluh tahun terakhir.
Mitra bisnis Boukharouba adalah seorang pengusaha dan konsultan, bernama Prabowo Subianto, yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Indonesia. Subianto juga spesialis dalam bidang yang terkait dengan "electronic warfare".
Sebagai pihak yang mengatur transaksi finansial, negosiasi dilakukan secara rahasia oleh perusahaan Ceko yang bernama Excalibur International, sebuah perusahaan perdagangan dan ekspor yang berfokus pada peralatan perang. Excalibur adalah perusahaan anak yang didirikan oleh perusahaan senjata Czechoslovak Group (CSG), yang dimiliki oleh keluarga Strnad.
Keluarga Strnad memperoleh kekayaan dan reputasi mereka setelah runtuhnya Uni Soviet, dengan menjual senjata Soviet terutama di Afrika dan Asia. Kemudian, keluarga itu juga menjual senjata Barat di negara-negara tersebut yang diproduksi oleh General Dynamics dan Nexter. Keluarga Strnad dan CSG juga menjadi perwakilan Elbit System dalam negosiasi untuk menjual sistem perusahaan Israel tersebut ke Azerbaijan.
Sejak dimulainya perang di Ukraina, CSG terlibat dalam penjualan amunisi ke Kiev. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan tersebut telah menandatangani banyak kontrak di Indonesia, termasuk satu yang ditandatangani pada Desember 2022 untuk memasok rudal pertahanan udara yang diproduksi oleh Roketsan Turki.
Dengan kontrak Mirage ini, Indonesia mencoba menutup kesenjangan operasional yang disebabkan oleh penuaan pesawat tempur Su-27 dan Su-30 mereka.
Sejauh yang diketahui, Angkatan Udara Indonesia tidak secara khusus menginginkan pesawat tempur Qatar itu, yang pada awalnya ditujukan untuk dijual ke Bulgaria atau Ukraina. Namun, melalui mediasi Subianto dan setelah beberapa bulan negosiasi, keputusan pembelian itu akhirnya diambil.