Oleh: Erizal
Bagusnya memang, PAN dan PPP berkoalisi dengan PDIP. Lalu Golkar bergabung dengan koalisi Gerindra dan PKB. Koalisi Perubahan tetap terdiri dari NasDem, PKS, dan Demokrat. Pas tiga-tiga, meski total persennya tak sama.
Nanti kalau terjadi dua putaran, maka koalisi yang tersingkir bergabung dengan salah satu Capres yang masuk pada putaran kedua. Maka itulah yang dinamakan Koalisi Besar yang bisa dipastikan akan keluar sebagai pemenang.
Jadi, mimpi dua pasang calon, jangan di awal, tapi di akhir. Apalagi mimpi intervensi dari luar alias produk cawe-cawe. Alamiah saja. Kecuali, maunya parpol sendiri sesuai kepentingannya. Cuan, termasuk juga kepentingan yang utama.
Apa pun hasil survei yang akan dipublikasikan, sebelum batas akhir pendaftaran November nanti, tiga nama baik Ganjar, Prabowo, maupun Anies, sebetulnya ketiganya sama-sama kuat dan sama-sama punya potensi untuk menang.
Nanti sebulan usai resmi terdaftar baru relatif bisa dilihat pasangan mana berpotensi keluar sebagai pemenang. Itupun belum pasti juga. Sebab, swing voters (pemilih beralih) dan undecided voters (belum memutus), kerap terjadi di akhir.
Tapi, 6 bulan sebelum batas akhir pendaftaran inilah yang paling melelahkan. Manuver politik partai-partai kayak tak berketentuan. Memang, ada semacam kekosongan, yang bila ke depan nanti mesti diubah. Kayak tak ada kerjaan saja.
(*)