Kalau mau lihat agama Islam benar atau tidak, lihatlah cara perlakuan terhadap jenazah.
Itulah salah satu prinsip yang saya pegang sejak 15 tahun lalu.
Dalam logika saya, penyelenggaraan jenazah harus murah dan mudah.
Cara tersebut adalah dengan mengubur. Dibanding cara lain, ini adalah yang paling manusiawi. Kehormatan jenazah dan keluarganya terjaga, dimana tak akan ada orang yang melihatnya membusuk atau mengeluarkan bau tak enak.
Mengubur cuma dengan kafan pun mempercepat proses dekomposisi, karena jenazah terbuka dengan lingkungan tanah kuburan. Tidak perlu mengeluarkan biaya bahan bakar, energi dan residu besar karbondioksida sampai jenazah hilang.
Idealnya, kuburan seorang Muslim tak menggunakan semen, pahatan batu, keramik, pagar, tembok, marmer, atap apalagi kubah. Cukup gundukan tanah lalu ada semacam batu penanda.
Jadi biaya pokok pengurusan jenazah seorang Muslim, secara ideal hanya:
1. Kafan 150 ribu
2. Kebutuhan memandikan 100 ribu
Cuma 250 ribu saja. Mau dia Raja, Presiden, Jenderal, CEO, Taipan, Profesor dsb, semestinya sama segitu.
Loh berarti Islam tidak menunjukkan kasih sayang dan bakti terhadap keluarga yang sudah meninggal? Orang tua, kakek, nenek, saudara, sahabat dll?
Sayang dan bakti itu ditunjukkan saat mereka masih hidup, bukan setelah mati. Merawat, menyayangi, menafkahi, memberi mereka kebahagiaan hingga akhir hayat. Jangan sampai waktu hidup disia-siakan, begitu mati kuburannya dijadikan kamar hotel.
Islam punya cara sendiri yang efektif dan efisien agar orang mati di alam kubur bisa mendapat manfaat dari orang hidup atas izin Allah.
Caranya adalah anaknya menjadi orang shalih yang rajin ibadah dan sedekah. Melakukan amal sosial atas nama orang tuanya. Seperti bikin sumur. Bangun sekolah. Wakaf. Dan sebagainya.
(Pega Aji Sitama)