Oleh: Erizal
Sempat tersendat, akhirnya Sandiaga Uno benar-benar ber-KTA PPP, setelah sebelumnya ber-KTA Gerindra. Tak sekadar ber-KTA, PPP melalui Rapimnas resmi pula mengusung Sandiaga Uno sebagai Bacawapres dari PPP.
Apa gunanya KTA partai bagi seorang Sandi? Targetnya, apa lagi kalau bukan maju sebagai Cawapres yang diusung PPP. Tetap berada di Gerindra, sudah pasti posisi itu tak akan dapat. Jeruk makan jeruk kayak Pilpres lalu, mustahil.
Dan PPP, sudah resmi berkoalisi dengan PDIP. Tinggal lagi, apakah PDIP bersedia menerima Sandi sebagai Cawapresnya Ganjar? Seperti kata Puan Maharani, nama Sandi termasuk yang diincar PDIP sebagai pasangan Ganjar.
Sandi punya segalanya untuk memastikan itu. Yang tak bisa dipastikan Sandi adalah retak tangan. Takdir. Kalau takdirnya ada, maka apa pun proses politik yang terjadi saat ini akhirnya akan mengarah ke dia. Lurus ataupun berbelok.
Benar kata Romahurmuziy, Sandi bergerilya ke PKS bukan karena di PPP belum selesai atau belum cair. Melainkan strategi menarik PKS ke koalisi PDIP meninggalkan Anies. Sempat marah juga tim Anies atas manuver Sandi ini.
Tahulah, iming-iming Sandi pasti menggiurkan. Apalagi Sandi terbilang dekat dengan PKS sejak di Pilgub DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 lalu. Jika PKS dapat, tentulah bergaining Sandi makin kuat di hadapan PDIP. Namun ternyata PKS tetap solid bersama Anies. Itu tanda jalan yang dilalui Sandi tak lurus, tapi berbelok.
(*)