Oleh: Ahmad Musyaddad
Saya sering "gemes" sama para ulama Tafsir. Betapa diri mereka begitu melebur dengan ayat-ayat al-Qur'an. Bahkan hal-hal sederhana dalam kehidupan, mereka temukan inspirasinya dalam Kalamullah.
Ibnu 'Asyur dengan Tahrir wa Tanwir-nya adalah tafsir yang kaya dengan inti'nas (inspirasi qur'ani). Sebagai contoh, ketika beliau membahas ayat-ayat haji beliau berkata,
(وأذِّنْ) عَطْفٌ عَلى ﴿وطَهِّرْ بَيْتِيَ﴾ [الحج: ٢٦] . وفِيهِ إشارَةٌ إلى أنَّ مِن إكْرامِ الزّائِرِ تَنْظِيفَ المَنزِلِ وأنَّ ذَلِكَ يَكُونُ قَبْلَ نُزُولِ الزّائِرِ بِالمَكانِ
"Perintah 'Serukanlah' [ayat 27 surat Al-Hajj] datang setelah perintah 'Sucikanlah rumah-Ku' [ayat 26]. Ini mengandung isyarat bahwa di antara bentuk memuliakan tamu adalah dengan membersihkan dan merapikan rumah sebelum para tamu itu datang."
Memang benar, semua orang paham bahwa menyapu dan merapikan rumah sebelum datangnya tamu adalah hal yang lumrah adanya. Tetapi menemukan pesan itu di dalam al-Qur'an membutuhkan keterampilan dan penjiwaan tersendiri. Lillahi darruka ya imam..
Inspiratif, bukan cawe-cawe.