CERITA GELAP AL ZAYTUN

AL ZAYTUN 
(The Untold Story)

Oleh: Simuch Dimyati*

Nama yang tidak asing bagi Saya. Mungkin sebelum banyak orang yang tahu pondok megah dan terbesar se-Asia tenggara yang letaknya di desa Mekarjaya, Kec. Gantar, Kab. Indramayu. 

Tahun 1993 saat peletakan batu pertama pembangunan Masjid Rahmatan Lil Al-Amin, Saya dkk yg saat itu diberi jabatan mas'ul sebagai Mudabbir Awal dengan kode teritorial: 987-3 berkunjung disana. 

Tidak seperti kondisi saat ini yang jalanan menuju lokasi mulus beraspal. Jalanan saat itu masih bebatuan dan tanah padat sesekali debu beterbangan mengiringi harapan Saya dkk yg dijanjikan Sang Imam (panggilan AS Panji Gumilang) bahwa kelak anak-anak kita semua akan mendapatkan pendidikan gratis dari tingkat Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi setelah Ma'had Al Zaytun berdiri.

Tapi harapan Saya pupus bukan karena sang Imam ingkar janji, karena 2 tahun setelah berkunjung disana saya memutuskan "Kaslan" (istilah NII KW-9 bagi yg keluar dari jama'ah).

Mungkin ada yang bertanya kenapa Saya keluar dari NII KW-9?

Ada beberapa hal yang akhirnya Saya memutuskan keluar dari jama'ah yang sesat dan menyesatkan ini.

Yang pertama: Jama'ah NII KW-9 menganggap bahwa siapapun yang tidak "musyahadatul hijrah" berbaiat dengan Sang Imam (masuk NII KW-9) maka dia adalah kafir. Biarpun ia adalah orang tua sendiri. Bahkan urusan menikah (munakahat ) pun dipaksa wajib dengan sesama Jama'ah.

Yang kedua: Karena diluar Jama'ah adalah kafir, maka halal atas hartanya untuk diambil/dicuri bahkan dirampok (ditafsirkan istilahnya: Fai/Ghanimah). 

Padahal jama'ah sudah diperas atau lebih ekstrim dimiskinkan dengan adanya 9 pos keuangan NII KW-9 yaitu:

Nafaqoh Daulah (infak bulanan), Harakah Qiradh (simpanan jama'ah untuk pinjaman negara), Harakah idikhar (tabungan harian jama'ah), Harakah Ramadhan (infak di bulan Ramadhan), Harakah Qurban, Aqiqah (sedekah bagi jama'ah yang baru melahirkan anak), Shadaqah Khas (khusus utk pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin sampai selesai) dan terakhir Shadaqah minal Shadaqah yang dikeluarkan saat munakahat dan hijrah. Untuk yang terakhir ini yaitu saat awal hijrah (diistilahkan pindah status kewarganegaraan) bisa mencapai jutaan bahkan ratusan juta per-orang tergantung status ekonomi korban dan mahirnya yang bertugas menghijrahkannya dengan brain-wash (cuci otak) nya.

Yang ketiga: Menekankan kepada jama'ah bahwa tidak ada kewajiban shalat 5 waktu mengingat kondisi saat ini adalah jahiliyah (Fase Makkah) maka shalat yang ditekankan adalah shalat malam (istilahnya: Dakwah). Jadi kalau sekarang heboh dengan tata cara shalat berjama'ah yang nyeleneh itu adalah hal biasa.

Bisa jadi melalui channel Al-Zaytun Official, konten-konten kontroversial secara sadar akan sering diproduksi Sang Imam dan team kreatif medianya. Kenapa? Sang Imam meyakini politik "Bul ‘ala zam-zam fatu’rof". Sebenarnya ini adalah pepatah Arab, yang artinya: kencingi sumur zam-zam maka kamu akan terkenal. Menurut maknanya adalah seseorang yang ingin terkenal namun dengan cara yang tidak wajar atau nyeleneh.

Keberanian ini bukan tanpa dasar bila melihat siapa saja tokoh-tokoh penting dibalik berdirinya Ma'had Al Zaytun yang memiliki motto: Pusat Pengembangan Budaya Toleransi Dan Perdamaian ini.

Apa dan kenapa Ma'had Al Zaytun ini didirikan.
(Tunggu Saya akan Kulik dlm tulisan terpisah "Sang Imam").

Kembali ke kisah diatas, ternyata untuk bisa lepas dari NII KW-9 bukanlah perkara mudah. Apalagi yang menyandang predikat mas'ul (aparatur) seperti Saya ini. 

5 tahun berlalu lepas dari jerat jebakan organisasi tanpa bentuk (OTB) ini, tepatnya di tahun 2000 setelah Saya menikah pun ternyata masih diburu, ketemu dibujuk kembali bergabung di jama'ah dengan iming-iming akan dinaikkan status kemas'ulan ketika tetap bergeming. 

Awalnya heran kenapa bisa menemukan alamat Saya? Padahal saat keluar (Kaslan) dulu berdomisili di Bekasi sekarang di Pati Jateng. Inilah yang sampai saat ini belum terjawab teka teki itu.

Dan Saya meyakini operasi NII KW-9 bekerja layaknya badan intelijen. Jadi kalau ada yang beranggapan bahwa Ma'had Al Zaytun terpisah gerbong dari NII KW-9, Saya yakinkan adalah salah besar. Ma'had Al Zaytun ibarat kapal Titanic yang digerakkan dibawahnya kapal selam induk yang bernama NII KW-9.

Menutup tulisan singkat ini adalah Saya ingin merespon aksi umat Islam Indramayu yang menginginkan Ma'had Al Zaytun untuk ditutup/dibubarkan adalah kesalahan fatal sama halnya seperti menutup kawasan lokalisasi tapi membiarkan begitu saja zombie perusak akidah memasuki rumah-rumah kita dengan mafahim (pemahaman), maqayis, dan qanaat yang diperoleh dia saat di pondok (Ma'had).

Mendakwa AS Panji Gumilang sebagai penista Agama juga merupakan pekerjaan sia-sia yang akan menghabiskan energi umat. AS Panji Gumilang yang menasbihkan diri sebagai Syekh dan Imam NII adalah bidak penting dari kekuasaan "Negara di Dalam Negara".

Haqqul yakin... Tugas kita adalah fokuskan saja upaya bagaimana santri Ma'had Al Zaytun yang sudah terpapar baiat Sang Imam bisa eksodus meskipun harapan tipis itu ada, seperti halnya kisah Saya ini yang butuh pengorbanan waktu untuk bisa pulih dari penyimpangan akidah NII KW-9.

Wallahu A'lam. 

(*fb penulis) 👇

Baca juga :